Secara keseluruhan bangunan masjid mendapat pengaruh dari arsitektur Jawa, Timur Tengah, Melayu, dan Eropa.
Terlihat dari, bentuk atap undak layaknya tajug pada arsitektur Jawa serta bentuk mahkota atau genta khas Eropa di bagian ujungnya.
Pengaruh Eropa lain terlihat dari pintu dan jendela masjid yang cukup besar. Sedangkan, ciri Timur Tangah terlihat pada mimbar yang berbentuk kubah.
Pengaruh bangunan Melayu terdapat pada masjid yang berbentuk rumah kolong atau rumah panggung.
Lantai masjid diberi jarak sekitar satu setengah meter dari permukaan tanah.
Sehingga, walaupun masjid berada di atas Sungai Kapuas, masjid tidak khawatir terkena banjir.
Saat ini, bagian kolong di cor untuk mengantisipasi amblas, mengingat tanah yang labil karena sebagian bergambut.
Matrial konstruksi bangunan berasal dari kayu belian. Kayu digunakan untuk pagar, lantai, dinding, menara, beduk besar, enam tiang utama penyangga masjid yang telah berusia 170 tahun.
Kini masjid berdiri kokoh dengan tampilan lama yang tidak berubah demi menjaga eksistensi sejarah.
Sumber:
p2k.unhamzah.ac.id
duniamasjid.islamic-center.or.id