SEMARANG, KOMPAS.com - Becak pernah menjadi moda transportasi ikonik Indonesia.
Alat transportasi darat tiga roda tanpa mesin ini sempat dipuja dan menjadi andalan warga di masa jayanya, sejak 1960 hingga 1980-an.
Namun, kini becak mulai ditinggalkan warga, seperti yang terjadi di Kota Semarang, Jawa Tengah.
Baca juga: Demi Bansos, Anggota Komunitas Ojek dan Becak di Pamekasan Setor Uang Rokok
Salah satu penarik becak asal Semarang, Jumian (64) mengatakan, sudah beberapa hari ini tak mendapatkan penumpang.
"Sekarang hanya mengandalkan orang yang pergi ke pasar ketiga pagi hari," jelasnya saat ditemui di Bundaran Indrapasta Kota Semarang, Kamis (11/3/2022).
Karena sepinya penumpang, dia terpaksa berutang untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
"Saya sudah sejak muda jadi penarik becak, sekarang tambah sepi," ujarnya.
Dia mengaku, tidak dapat bersaing dengan adanya ojek online yang sudah menjamur saat ini.
"Karena itu penghasilannya tak ada. Lihat saja, ini sudah umur 50 tahun lebih semua yang jadi penarik becak. Tak ada anak muda," katanya.
Baca juga: Bansos bagi Komunitas Ojek dan Becak di Pamekasan Bermasalah, Ada Dugaan Dipotong
Pria kelahiran Grobogan itu mengaku, sampai saat ini dia masih mempunyai utang di warung.
"Saya sedih, sampai sekarang belum bisa mengirim uang kepada istri juga," keluhnya.
Hal yang sama dirasakan pengayuh becak di Kota Lama Semarang, Darno (62). Penghasilan dari pengayuh becak disebutnya sekarang tidak bisa lagi diandalkan.
"Paling banyak dalam satu hari paling Rp 20.000. Kadang kalau ada wisatawan kalau memberi lebih ya alhamdulillah," paparnya.
Baca juga: Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh Usai Divaksin, Pengayuh Becak Tak Hadiri Undangan Vaksinasi
Sampai saat ini, dia masih bertahan menjadi pengayuh becak karena tak punya pilihan lain.
Tidak jarang, dia rela tidur di atas becak agar bisa mendapatkan penghasilan yang lebih.
"Saya itu 24 jam, tidur di becak. Saya aslinya dari Demak. Pulang kalau sudah dapat uang. Malu sama istri kalau tak bawa uang," imbuhnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.