Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Tentukan Pilihanmu
0 hari menuju
Pemilu 2024

Sobokartti, Cagar Budaya di Semarang yang Tak Lekang oleh Zaman

Kompas.com - 05/03/2022, 05:27 WIB

SEMARANG, KOMPAS.com - Tak banyak yang mengetahui adanya cagar budaya Sobokartti di daerah Kebonagung, Kecamatan Semarang Timur, Kota Semarang.

Menurut Surat Keputusan Wali Kotamadya Kepala Daerah Tingkat II Semarang Nomor 646/50 tanggal 4 Februari 1992, Sobokartti teelah ditetapkan sebagai cagar budaya. Namun dalam sejarahnya, Sobokartti tertulis berdiri sejak 9 Desember 1920.

Umurnya memang sudah tua. Namun, gedung putih dengan enam pintu kayu di bagian depan ini masih kokoh berdiri.

Baca juga: Tari Remo, Tarian Pembuka Kesenian Ludruk Asal Jawa Timur: Gerakan, Busana, dan Musik Pengiring

Bangunan zaman Belanda ini menjadi saksi bisu panjang umur kebudayaan Jawa di Semarang. Pasalnya, gedung tua di Jalan dr Sucipto itu menyisakan aktivitas kesenian yang masih konsisten dilakukan oleh masyarakat sekitar.

Tak hanya kalangan anak-anak, aktivitas kesenian disini juga didominasi oleh remaja hingga dewasa.

Terhitung sudah 102 tahun, hingga saat ini Sobokartti masih menampung seluruh aktivitas kesenian Jawa di Semarang.

Tak lain aktivitas kesenian tersebut meliputi seni tari, karawitan, pedhalangan, hingga pranata acara.

Sore hari pukul 16.00 WIB (4/3/2022), di pendapa halaman depan gedung Sobokartti, terlihat anak-anak sedang asyik latihan menari. Iringan musik Jawa menemani mereka memainkan selendang di pinggangnya.

Tak banyak yang hadir dalam latihan kali ini, pandemi Covid-19 telah mengubah kondisi dan aktivitas di Sobokartti. Uniknya, sejumlah anak tetap semangat dalam latihan menari.

Baca juga: Debus, Kesenian Tradisional Banten yang Pamerkan Atraksi Kekebalan Tubuh Melawan Benda Tajam

Hal tersebut dikatakan oleh Darmadi, selaku Ketua Bidang Tari di Sobokartti. Menurut data yang dihimpun, anak-anak yang tergabung di Sanggar Tari Sobokartti mencapai 102 orang. Dari jumlah tersebut, dibagi menjadi lima kelas yang terdiri dari kelas A1, A2, B, remaja serta dewasa.

"Anak-anak cukup antusias, karena kebanyakan dari mereka yang hadir disini didasari atas kemauan sendiri dan dari hobi. Meskipun dibantu juga dengan dorongan orang tua," ucap Darmadi kepada Kompas.com.

Menariknya, di zaman yang sudah maju ini, ternyata masih ada yang peduli dengan kebudayaan Tanah Air. Walaupun tidak banyak, setidaknya Sobokartti telah membantu menjaga kelestarian budaya melalui seni tari.

Memang, imbuh Darmadi, Sobokartti lebih menonjolkan kesenian di bidang tari. Alasannya, dulunya gedung ini menjadi pusat kesenian pada era Pangeran Mangkunegara VII Surakarta. Sehingga, untuk menghormati jasanya, Sobokartti lebih fokus mengembangkan budaya pada bidang tari.

Baca juga: Rebab, Alat Musik Gesek yang Digunakan Dalam Kesenian di Sumatera hingga Kalimantan

Di Gedung Kesenian Sobokartti, selain berkeliling mengamati keeksotikan bangunan yang diresmikan tahun 1930 tersebut, para wisatawan pun mendapatkan pelatihan gamelan secara singkat oleh para instruktur senior Sobokarti.Komunitas Sejarah Lopen Semarang Di Gedung Kesenian Sobokartti, selain berkeliling mengamati keeksotikan bangunan yang diresmikan tahun 1930 tersebut, para wisatawan pun mendapatkan pelatihan gamelan secara singkat oleh para instruktur senior Sobokarti.

"Namun, bidang yang lain tetap kami uri-uri. Karena semakin kesini, semakin banyak kebudayaan yang hilang," tuturnya.

Latihan tari di Sobokartti dilaksanakan setiap hari Selasa, Kamis, Jumat, Sabtu dan Minggu mulai pukul 16.00 - 17.00 WIB. Pembagian hari tersebut berdasarkan murid pada tingkatan kelas tari.

Begitupula pengajar, setiap kelas memiliki pengajar yang berbeda sesuai dengan tingkatan. Darmadi mengaku, keluarganya dari lintas generasi telah menjadi pengajar tari di Sobokartti.

"Istri saya menjadi pengajar di kelas remaja, kakak saya di kelas dewasa, dan keponakan-keponakan saya mengajar di kelas anak-anak. Jadi secara turun menurun dari generasi ke generasi," jelas Darmadi.

Salah satu pengajar tari, Ida Pratiwi menuturkan, bahwa dirinya sudah belajar menari sejak umur 5 tahun. Sehingga saat ini, dirinya sudah mahir dalam bidang tari dan mengajari anak-anak Sanggar Tari Sobokartti.

Ida banyak bercerita tentang bertahannya Sanggar Tari Sobokartti hingga saat ini. Dalam ceritanya, Sanggar Tari Sobokartti telah menunjukkan banyak prestasi. Bahkan, pernah diundang oleh Kedutaan Besar Malaysia.

Baca juga: Sejarah dan Asal Ludruk, Kesenian yang Jadi Media Perjuangan Melawan Penjajah

Sementara itu, tari yang diajarkan Sobokartti sangat beragam. Mulai dari tari Lilin, Kelinci, Gembira, Semarangan, Gambyong, dan masih banyak lagi.

Ida menjelaskan, tari yang diajarkan dapat membawa anak-anak memiliki prestasi di sekolah maupun di luar sekolah.

"Anak-anak sering diundang ke pameran, ikut lomba-lomba, bahkan pernah meraih juara 1 ketika lomba di Jakarta," kata Ida.

Perasaan senang tak hanya datang dari Ida. Salah satu murid Sanggar Tari Sobokartti, Nesya menyatakan, dirinya sangat senang bisa bergabung di sanggar tari ini. Katanya, dia bisa bangga mengikuti lomba di luar kota pada umurnya yang masih belia.

"Dulu takut, tapi sekarang sudah 4 tahun belajar disini. Punya banyak teman yang sama-sama suka nari," ucap murid kelas 4 SD N 04 Kuningan itu.

Dengan mempelajari tari, Nesya bercita-cita bisa pergi ke luar negeri dengan memerkan kemampuan yang dia miliki.

"Tetanggaku sering belajar nari, terus lama-lama sampai Jepang. Jadi saya pengen juga kesana," jelas Nesya.

Baca juga: Pelatih Kesenian Jaranan Perkosa 7 Anak di Bawah Umur, Modus Meditasi agar Bisa Menari

Belum ada dukungan dari pemerintah

Walaupun sudah 102 tahun berdiri, Pemerintah Kota Semarang masih kurang memberi pehatian pada Gedung Sobokartti. Dengan begitu, pengelolaan cagar budaya di Semarang itu memanfaatkan kemandirian masyarakat sekitar.

"Kami dari masyarakat sini berkumpul, membangun visi untuk melestarikan kebudayaan dan perkumpulan Sobokartti. Jadi untuk dana, ya, dari kita-kita sendiri," ujar Darmadi.

Darmadi menuturkan, terakhir pada tahun 2010, pihak pemerintah dari Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) Jakarta datang langsung ke Sobokartti untuk merevitalisasi halaman depan Gedung Sobokartti. Namun, belum ada bantuan apapun dari pemerintah Kota Semarang.

Pihaknya berharap agar pemerintah Kota Semarang dapat mendukung adanya cagar alam Sobokartti. Tidak hanya itu, Darmadi juga berharap agar Sobokartti bisa lebih berkembang dan memberdayakan masyarakat sekitar dengan uluran tangan dari pemerintah.

"Barangkali dapat menengok kegiatan-kegiatan kami, misal ada pengajuan proposal juga bisa dipermudah," ungkapnya.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Video rekomendasi
Video lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+


Rekomendasi untuk anda
27th

Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!

Syarat & Ketentuan
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE
Laporkan Komentar
Terima kasih. Kami sudah menerima laporan Anda. Kami akan menghapus komentar yang bertentangan dengan Panduan Komunitas dan UU ITE.

Terkini Lainnya

Truk yang Angkut 34 Orang Terbalik di NTT, 4 Tewas

Truk yang Angkut 34 Orang Terbalik di NTT, 4 Tewas

Regional
Jadi DPO Kejari, Kepala Desa di Palangkaraya Ditemukan Dalam Kamar Terkunci, Ada Obat-obatan di TKP

Jadi DPO Kejari, Kepala Desa di Palangkaraya Ditemukan Dalam Kamar Terkunci, Ada Obat-obatan di TKP

Regional
Tarif Tol Semarang-Batang Terbaru 2023

Tarif Tol Semarang-Batang Terbaru 2023

Regional
Kejanggalan Kematian Polisi yang Tewas Minum Sianida, Keluarga Sebut Sudah Kembalikan Uang Rp 650 Juta

Kejanggalan Kematian Polisi yang Tewas Minum Sianida, Keluarga Sebut Sudah Kembalikan Uang Rp 650 Juta

Regional
Gunung Ile Lewotolok Meletus 46 Kali dalam Sehari, Status Waspada

Gunung Ile Lewotolok Meletus 46 Kali dalam Sehari, Status Waspada

Regional
Urgensi Menegakkan Aturan terhadap Turis Asing di Bali

Urgensi Menegakkan Aturan terhadap Turis Asing di Bali

Regional
Tertunduk Malu, Pria di Palembang Mengaku Anggota BIN untuk Mendekati Wanita, Sempat Beli Seragam Polisi

Tertunduk Malu, Pria di Palembang Mengaku Anggota BIN untuk Mendekati Wanita, Sempat Beli Seragam Polisi

Regional
[POPULER NUSANTARA] Cerita Pedagang Pakaian Bekas Impor di Sulsel | Sosok Wanita Korban Mutilasi di Sleman

[POPULER NUSANTARA] Cerita Pedagang Pakaian Bekas Impor di Sulsel | Sosok Wanita Korban Mutilasi di Sleman

Regional
Prakiraan Cuaca di Bogor Hari Ini, 22 Maret 2023: Pagi Berawan, Sore Hujan Sedang

Prakiraan Cuaca di Bogor Hari Ini, 22 Maret 2023: Pagi Berawan, Sore Hujan Sedang

Regional
Diduga Ceburkan Diri ke Selat Bali, Pemuda Trenggalek Hilang

Diduga Ceburkan Diri ke Selat Bali, Pemuda Trenggalek Hilang

Regional
Mahasiswa dan Dosen Unram Kembali Demo di Mapolda NTB Terkait Penanganan Dugaan Pelecehan 10 Mahasiswi

Mahasiswa dan Dosen Unram Kembali Demo di Mapolda NTB Terkait Penanganan Dugaan Pelecehan 10 Mahasiswi

Regional
Dilaporkan Hilang 5 Hari, Pria di Tapin Ditemukan Sudah Tak Bernyawa di Rerumputan

Dilaporkan Hilang 5 Hari, Pria di Tapin Ditemukan Sudah Tak Bernyawa di Rerumputan

Regional
16 Jam Ditandu Menuju Rumah Sakit untuk Melahirkan, Ibu berserta Bayinya di Luwu Utara Meninggal

16 Jam Ditandu Menuju Rumah Sakit untuk Melahirkan, Ibu berserta Bayinya di Luwu Utara Meninggal

Regional
Diduga Buang Bagian Tubuh Bayi ke Kloset di RS Usai Melahirkan Sendirian, Ibu di Kupang Jadi Tersangka

Diduga Buang Bagian Tubuh Bayi ke Kloset di RS Usai Melahirkan Sendirian, Ibu di Kupang Jadi Tersangka

Regional
Ajak Pelajar Curhat di Medsos, Gibran: Enggak Perlu Lagi Demo di Jalan

Ajak Pelajar Curhat di Medsos, Gibran: Enggak Perlu Lagi Demo di Jalan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Verifikasi akun KG Media ID
Verifikasi akun KG Media ID

Periksa kembali dan lengkapi data dirimu.

Data dirimu akan digunakan untuk verifikasi akun ketika kamu membutuhkan bantuan atau ketika ditemukan aktivitas tidak biasa pada akunmu.

Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke