Jiwa aktivis Mohammad Natsir sudah tumbuh sejak berusia remaja.
Saat sekolah di MULO Padang, Mohammad Natsir bergabung dalam Organisasi Pemuda Jong Islamieten Bond (JIB).
Ketika pindah ke Bandung, Natsir tetap melanjutkan kirprahnya di JIB Bandung, bahkan menjadi ketuanya pada periode 1928-1932.
Selama di Bandung ini Natsir juga mendirikan Lembaga Pendidikan Islam (Pendis).
Pendis merupakan bentuk pendidikan modern yang mengkombinasikan kurikulum pendidikan umum dengan pendidikan pesantren.
Dalam waktu 10 tahun, Pendis berkembang pesat, dan memiliki sekolah dari jenjang TK hingga Sekolah Dasar.
Baca juga: 12 Pahlawan Nasional Asal Sumut, Ada AH Nasution dan TB Simatupang
Pada tahun 1938, Natsir mulai aktif berpolitik dengan bergabung dalam Partai Islam Indonesia (PII).
Periode tahun 1940-1942, Natsir menjadi Ketua PII Bandung.
Pada masa pemerintahan Jepang, Natsir aktif di Majelis Islam A’la Indonesia (MIAI) yang dibentuk pada 5 September 1942.
MIAI ini dikemudian hari berganti nama menjadi Majelis Syura Muslimin Indonesia (Masyumi).
Selain di Masyumi, Natsir juga menjadi Kepala Bagian Pendidikan Kotamadya Bandung pada periode 1942-1945.
Pada awal masa kemerdekaan, Natsir menjelma menjadi politikus dan negarawan yang penting di Indonesia.
Mulanya Natsir menjadi ketua Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat pada 25 November 1945.
Pada 3 Januari 1946, Natsir ditunjuk menjadi Menteri Penerangan Indonesia pertama, hingga tahun 1949.
Pada tahun 1950, Natsir mengumumkan Mosi Integral Natsir yang berhasil menyatukan kembali Republik Indonesia menjadi negara kesatuan, yang sebelumnya sempat berbentuk federal.