NUNUKAN, KOMPAS.com – Sebuah video di media sosial Facebook memperlihatkan bocah berusia 3 tahun mengikat bibit rumput laut sambil menjaga adik perempuannya yang baru berusia 11 bulan menjadi perhatian khusus di Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara.
Banyak netizen memuji sikap si bocah, terlebih di usianya yang masih balita, ia sudah bisa membantu orangtua.
Video yang diambil di salah satu mes rumput laut Nunukan tersebut menunjukkan si balita sedang serius memegang tali rumput laut, dan memasukkan sejumlah bibit ke simpul tali.
Baca juga: Kisah Balita 3 Tahun di Sumba Timur, Selamat dalam Kecelakaan, Sang Ibu Tewas
Terlihat ibu-ibu juga mengikat benih tidak jauh darinya. Yang menarik adalah sikap si bocah yang terlihat dewasa.
Ia menghentikan kerjanya ketika si adik menangis, lalu berbalik menghadap adik perempuan yang ada di belakangnya, dan mengusap usap badan si adik untuk menenangkannya sampai tangisan si adik tak lagi terdengar. Setelah itu, iapun kembali sibuk dengan pekerjaannya.
Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan, Faridah Aryani mengatakan, fenomena anak-anak di mes rumput laut Nunukan memang butuh perhatian semua pihak.
"Ini hari di mana semua serba dilematis. Saat Covid-19 masih dikhawatirkan mewabah, para orangtua mati-matian mencari uang. Mereka terpaksa membawa anak anaknya untuk bekerja karena keadaan," ujar dia, Kamis (27/1/2022).
DSP3A Nunukan juga sudah melakukan sejumlah kajian, di mana butuh sentuhan semua pihak untuk persoalan anak-anak bahkan balita yang ada di mes ikat rumput laut.
Mayoritas dari pekerja dengan anak balita adalah pendatang serta para eks Pekerja Migrant Indonesia (PMI).
Baca juga: Balita di Sikka NTT Meninggal karena DBD, Sempat Menderita Panas
Wajar, nihilnya identitas kependudukan dan status mereka yang "abu-abu" menambah panjang daftar anak-anak tidak sekolah dan masalah sosial lain.
"Kami sudah mencoba menggandeng PKBM dan para penggiat literasi. Kita masih merumuskan solusi untuk itu, bagaimana agar orangtua ini bisa bekerja menghasilkan uang tapi anak mereka juga mendapat haknya," imbuhnya.
DP3A Nunukan juga berencana agar para pengusaha rumput laut yang menggaji para pabettang (buruh ikat bibit rumput laut), ikut berpartisipasi dalam penanganan masalah anak.
Selain itu, jumlah penggiat literasi juga sudah menyatakan setuju untuk menjadwalkan aktivitas belajar mengajar untuk anak buruh ikat rumput laut.
"Kami berharap para pengusaha ikut memikirkan dan memberi kontribusi solusi keberadaan anak ataupun balita di mes mereka. Ini jumlahnya sangat banyak dan hampir di semua mes rumput laut. Mungkin menyewa bangunan untuk kegiatan bermain sambil belajar menjadi solusi sementara," kata dia.
Baca juga: Nasib Malang Balita di Tambora, Disulut Korek hingga Alami Luka Bakar karena Pelaku Kesal ke Ayahnya
Salah satu pengusaha sekaligus pengepul rumput laut di Nunukan, Kamaruddin, mengakui adanya keberadaan anak-anak dan balita di mes rumput laut miliknya.