Salin Artikel

Balita Ikut Bekerja Membantu Orangtua Mengikat Rumput Laut Sambil Menjaga Adiknya, Ini Sikap Pemda Nunukan

Banyak netizen memuji sikap si bocah, terlebih di usianya yang masih balita, ia sudah bisa membantu orangtua.

Video yang diambil di salah satu mes rumput laut Nunukan tersebut menunjukkan si balita sedang serius memegang tali rumput laut, dan memasukkan sejumlah bibit ke simpul tali.

Terlihat ibu-ibu juga mengikat benih tidak jauh darinya. Yang menarik adalah sikap si bocah yang terlihat dewasa.

Ia menghentikan kerjanya ketika si adik menangis, lalu berbalik menghadap adik perempuan yang ada di belakangnya, dan mengusap usap badan si adik untuk menenangkannya sampai tangisan si adik tak lagi terdengar. Setelah itu, iapun kembali sibuk dengan pekerjaannya.

Kepala Dinas Sosial Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DSP3A) Nunukan, Faridah Aryani mengatakan, fenomena anak-anak di mes rumput laut Nunukan memang butuh perhatian semua pihak.

"Ini hari di mana semua serba dilematis. Saat Covid-19 masih dikhawatirkan mewabah, para orangtua mati-matian mencari uang. Mereka terpaksa membawa anak anaknya untuk bekerja karena keadaan," ujar dia, Kamis (27/1/2022).

DSP3A Nunukan juga sudah melakukan sejumlah kajian, di mana butuh sentuhan semua pihak untuk persoalan anak-anak bahkan balita yang ada di mes ikat rumput laut.

Mayoritas dari pekerja dengan anak balita adalah pendatang serta para eks Pekerja Migrant Indonesia (PMI).

Wajar, nihilnya identitas kependudukan dan status mereka yang "abu-abu" menambah panjang daftar anak-anak tidak sekolah dan masalah sosial lain.

"Kami sudah mencoba menggandeng PKBM dan para penggiat literasi. Kita masih merumuskan solusi untuk itu, bagaimana agar orangtua ini bisa bekerja menghasilkan uang tapi anak mereka juga mendapat haknya," imbuhnya.

DP3A Nunukan juga berencana agar para pengusaha rumput laut yang menggaji para pabettang (buruh ikat bibit rumput laut), ikut berpartisipasi dalam penanganan masalah anak.

Selain itu, jumlah penggiat literasi juga sudah menyatakan setuju untuk menjadwalkan aktivitas belajar mengajar untuk anak buruh ikat rumput laut.

"Kami berharap para pengusaha ikut memikirkan dan memberi kontribusi solusi keberadaan anak ataupun balita di mes mereka. Ini jumlahnya sangat banyak dan hampir di semua mes rumput laut. Mungkin menyewa bangunan untuk kegiatan bermain sambil belajar menjadi solusi sementara," kata dia.

Banyak anak-anak malas sekolah

Salah satu pengusaha sekaligus pengepul rumput laut di Nunukan, Kamaruddin, mengakui adanya keberadaan anak-anak dan balita di mes rumput laut miliknya.

Ia juga tidak membantah sempat khawatir dengan banyaknya anak-anak yang ikut bekerja.

"Saya sering juga tanya sama pabettang, bahkan ada juga orangtua yang bawa tiga anaknya, semua bekerja sama saya. Ketiganya malas sekolah karena ingin mencari uang. Saya sebatas menegur, lalu saya lapor ke Dinas, karena takut bagaimana kan," kata dia.

Kasus anak memilih tidak sekolah dan fokus bekerja rumput laut memang menjadi permasalahan butuh perhatian serius di Kabupaten Nunukan.

Saat harga rumput laut tinggi seperti saat ini yang mencapai Rp 30.000 per kg, pengusaha kian menambah produksi mereka dan membuat perputaran uang semakin cepat.

"Satu talinya dibayar Rp.10.000, kalau sudah ahli para pabettang akan menghasilkan belasan tali. Dikalikan berapa orang dalam satu keluarga, mereka bisa membawa uang lumayan begitu pulang menjelang Maghrib," kata Kama.

Kamaruddin mengaku siap jika pemerintah daerah meminta para pengusaha rumput laut menyiapkan bangunan sebagai tempat bermain dan belajar untuk anak-anak pabettang.

"Kami ini siap-siap saja. Kalau masalah gedung, ada beberapa yang siap digunakan, tinggal masalah komunikasinya saja. Tentu kami juga senang kalau anak aman dan orangtua bisa fokus kerjanya," kata Kama.

https://regional.kompas.com/read/2022/01/27/165825978/balita-ikut-bekerja-membantu-orangtua-mengikat-rumput-laut-sambil-menjaga

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke