Ia juga tidak membantah sempat khawatir dengan banyaknya anak-anak yang ikut bekerja.
"Saya sering juga tanya sama pabettang, bahkan ada juga orangtua yang bawa tiga anaknya, semua bekerja sama saya. Ketiganya malas sekolah karena ingin mencari uang. Saya sebatas menegur, lalu saya lapor ke Dinas, karena takut bagaimana kan," kata dia.
Kasus anak memilih tidak sekolah dan fokus bekerja rumput laut memang menjadi permasalahan butuh perhatian serius di Kabupaten Nunukan.
Saat harga rumput laut tinggi seperti saat ini yang mencapai Rp 30.000 per kg, pengusaha kian menambah produksi mereka dan membuat perputaran uang semakin cepat.
"Satu talinya dibayar Rp.10.000, kalau sudah ahli para pabettang akan menghasilkan belasan tali. Dikalikan berapa orang dalam satu keluarga, mereka bisa membawa uang lumayan begitu pulang menjelang Maghrib," kata Kama.
Kamaruddin mengaku siap jika pemerintah daerah meminta para pengusaha rumput laut menyiapkan bangunan sebagai tempat bermain dan belajar untuk anak-anak pabettang.
"Kami ini siap-siap saja. Kalau masalah gedung, ada beberapa yang siap digunakan, tinggal masalah komunikasinya saja. Tentu kami juga senang kalau anak aman dan orangtua bisa fokus kerjanya," kata Kama.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.