Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Cerita Duka Pasutri Asal Lombok yang Ingin Mengadu Nasib ke Malaysia, Terpisah di Perairan Johor

Kompas.com - 24/01/2022, 15:42 WIB
Idham Khalid,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

LOMBOK TIMUR, KOMPAS.com - Ambulans dengan sirine meraung-raung itu berhenti di depan sebuah rumah di Dusun Sari Indah, Desa Dasan Borok, Kecamatan Suralaga, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat (NTB), Sabtu (26/12/2021).

Ambulans itu membawa jenazah almarhumah Julia Ningsih (19), seorang pekerja migran Indonesia (PMI) ilegal yang menjadi korban kapal terbalik di perairan Pantai Tanjung Balau, Kotatinggi, Johor Baru, Malaysia, Rabu (15/12/2021).

Tangis keluarga pecah menyambut peti jenazah Julia Ningsih yang diturunkan dari ambulans. Orangtua dan mertua korban sangat terpukul melihat Julia Ningsih pulang tak bernyawa.

Bagi keluarga dan tetangga, Julia Ningsih merupakan sosok yang ramah dan baik.

Julia baru enam bulan menikah dengan suaminya, Junaidi (26). Namun, pernikahan pasangan pengantin baru itu harus berakhir.

Junaidi yang juga ikut dalam pelayaran menuju Malaysia itu selamat dari peristiwa nahas tersebut.

Julia Ningsih dikenal sebagai sosok yang baik dan ramah oleh keluarga dan tetangga.

Berangkat ke Malaysia karena faktor ekonomi

Kondisi ekonomi keluarga yang tidak baik, menjadi motivasi Julia ingin merantau ke Malaysia bersama suaminya. Apalagi, di kampung halaman, mereka masih tinggal satu atap dengan mertua.

Keinginan memiliki rumah sendiri membuat Julia ingin pergi ke Malaysia. Padahal, suaminya telah melarang Julia menjadi pekerja migran.

"Suaminya sempat larang karena dia (Julia) perempuan, 'biar saya aja yang pergi, tinggal di rumah nanti ada rezeki dikirimkan,  untuk beli emas dan kebutuhan lainnya'," kata ipar Julia, Hidayatul Almi menirukan ucapan Junaidi di rumahnya, Jumat (21/1/2022).

Baca juga: Dianggap Habis Panen Durian, Satu Keluarga di Lombok Dianiaya Perampok, 1 Orang Tewas

Namun, Julia tetap ingin mengadu nasib ke Malaysia.

"Katanya ingin buat rumah," kata Hidayatul.

Hidayatul masih ingat saat Julia dan abangnya, Junaidi, berangkat dari rumah untuk mengadu nasib ke Malaysia pada 29 November 2021. Mereka hanya membawa kartu tanda penduduk, tanpa dokumen lain.

Sebelum berangkat, Julia sempat meminta doa restu mertuanya dengan cara meminum air cuci kaki yang direndam di nampan.

"Dia berbakti sekali sama orangtua, pokoknya baik, saat mau berangkat itu dia cuci kaki ibu, dan meminumnya, saking berbaktinya," ungkap Hidayatul.

Hidayatul menjelaskan, pasangan suami istri itu berangkat menggunakan pesawat dari Lombok menuju Batam. Selanjutnya, mereka menunggu di penampungan untuk diseberangkan ke Malaysia.

Di penampungan, Julia dan Junaidi kerap memberikan kabar kepada keluarga lewat video call WhatsApp.

Saat berada di penampungan, pasangan suami istri itu bercerita banyak orang yang menyayangi dan merasa iba dengan mereka.

"Sempat telepon dikabari terus kondisinya, katanya dia (Julia) 'banyak yang kasihan sama saya, karena sering bantu-bantu orang, saya suka nyuci piring, jadi mereka juga kasihan sama suami saya'," tutur Hidayatul.

Setelah dua minggu di Batam, mereka tak kunjung menyeberang ke Malaysia. Alasannya beragam, mulai dari faktor cuaca hingga informasi kecelakaan.

suasana rumah dan kuburan Julia di Desa Dasan Borok, Lombok TimurKOMPAS.COM/IDHAM KHALID suasana rumah dan kuburan Julia di Desa Dasan Borok, Lombok Timur
Junaidi pun sempat menyerah dan ingin pulang ke Lombok. Namun, Julia tetap ingin menyeberang ke Malaysia.

Junaidi pun tak tega melihat istrinya harus pergi sendirian. Mereka akhirnya memutuskan berangkat bersama.

"Kakak saya cerita sikapnya Julia 'kalau mau pulang-pulang dah pokoknya saya mau berangkat,' sempat istrinya (Julia) kabur dari tempat duduk suaminya, karena kondisi begitu berat rasa hatinya Junaidi untuk ninggalin istrinya," kata Hidayatul.

Hidayatul menambahkan, penyeberangan ke Malaysia menggunakan kapal telah beberapa kali gagal. Pasangan itu sempat berada di atas kapal untuk menyeberang ke Malaysia pada 10 Desember.

Namun, penyeberangan gagal karena gelombang tinggi. Sehingga, kapal harus kembali ke Batam.

Kecelakaan memisahkan Julia dan Junaidi

Hidayatul menceritakan, kapal yang ditumpangi pasangan suami istri itu terbalik pada 15 Desember. Keluarga di Lombok mendapat informasi itu dari tetangga.

Namun, keluarga tak percaya begitu saja dengan informasi tersebut. Hidayatul pun berusaha mencari informasi di internet. Mereka mendapati foto yang memperlihatkan jenazah memakai sarung yang dibawa Junaidi.

Baca juga: 129 Pekerja Migran Indonesia dari Malaysia Tiba di Jatim, Khofifah: Kami Siap Memfasilitasi Mereka

Keluarga pun histeris mengetahui hal itu. Mereka berharap jenazah itu bukan Junaidi atau Julia.

Sehari setelah kejadian, Junaidi menghubungi ibunya di kampung halaman. Junaidi bertanya apakah Julia sudah memberi kabar ke rumah.

Hidayatul mengatakan, ibu Junaidi, Supriani, kaget mendengar pertanyaan Junaidi. Supriani meminta Junaidi segera mencari Julia.

Namun, Junaidi menyebut dirinya sedang ditahan polisi sehingga tidak bisa mencari sang istri.

"Kok kamu tidak sama istrimu, tanya ibu, Junaidi bilang 'Saya sempat sih pegang tangannya, peluk dia, tapi pas boatnya terbalik itu, sudah tidak sama-sama lagi, sudah terpisah, sudah tidak tau tempatnya di mana'," tutur Hidayatul.

Sekitar tiga hari setelah insiden kapal terbalik itu, keberadaan Julia masih belum diketahui. Hidayatul lalu mendapat informasi di televisi tentang penemuan mayat tanpa identitas.

 

Saat itu Hidayatul mencari tahu siapa mayat tersebut. Hidayatul lalu menghubungi KJRI Johor untuk memberikan keterangan ciri-ciri dari pakaian dan fisik iparnya itu.

"Dua hari setelah menelpon KJRI, ditanya ciri-cirinya, saya jawab dia pakai gelang warna merah, pakai celana joger, karena saat itu Junaidi sempat telpon, sehari sebelum kecelakaan, Julia pakai celana joger warna hijau," kata Hidayatul.

Kepastian Julia meninggal baru diketahui setelah perwakilan dari KJRI menemukan mayat yang terdapat gelang merah di tangannya.

"Karena tubuhnya sudah hancur, kemudian diangkat tangannya masih mengenakan gelangnya warna merah, dan langsung histeris menangis, ibu pingsan, saking kagetnya," kata Hidayatul.

Mendapat informasi tersebut, Hidayatul meminta KJRI memberitahu Junaidi yang ditahan polisi.

"KJRI mengajak Junaidi melihat kondisi istrinya ke hospital, dan di sana kakak saya menangis histeris. Sampai di sana saya tahu ceritanya," kata Hidayatul.

Baca juga: Pekerja Migran Asal Lombok Jadi Korban Tewas Kapal Karam di Malaysia, Sempat Video Call dan Minta Doa ke Keluarga

Sementara itu Supriani, tak kuasa menahan tangis mengenang kebersamaannya dengan sang menantu.

"Anak itu baik sekali, meskipun baru di keluarga ini, kalah anak kandung saya sendiri, dia paling berbakti, tidak pernah marah, rajin, selalu setiap pagi saya dibuatkan kopi, tapi saya tidak menyangka dia akan pergi duluan," kata Supriani terharu.

Supriani mengaku histeris saat jenazah Julia tiba di rumah duka.

"Saya mungkin kayak orang gila, saya tidak kenal siapa Polisi, pejabat waktu itu, saya tunggang tabla itu saya cium, udah tidak ada rasa lagi, anak itu (Julia) sudah kayak anak sendiri" kata Supriani.

Supriani berharap Junaidi bisa segera dibebaskan dari tahanan Kepolisian Malaysia. Ia mengingat perasaan Junaidi yang kehilangan istrinya.

"Takut nanti pikirannya tidak karuan di tahanan, takut stres, karena kondisinya sedang berduka, ditinggalkan istri," kata Supriani.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pedagang Bakso di Semarang Lecehkan Remaja SMP hingga Empat Kali

Pedagang Bakso di Semarang Lecehkan Remaja SMP hingga Empat Kali

Regional
Suarakan Kemerdekaan Palestina, Dompet Dhuafa Sulsel Bersama MAN Gelar Sound of Humanity

Suarakan Kemerdekaan Palestina, Dompet Dhuafa Sulsel Bersama MAN Gelar Sound of Humanity

Regional
Bukit Lintang Sewu di Yogyakarta: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Bukit Lintang Sewu di Yogyakarta: Daya Tarik, Harga Tiket, dan Jam Buka

Regional
Ketika 5 Polisi Berjibaku Tangkap 1 Preman Pembobol Rumah...

Ketika 5 Polisi Berjibaku Tangkap 1 Preman Pembobol Rumah...

Regional
10 Motor di Parkiran Rumah Kos di Semarang Hangus Terbakar, Diduga Korsleting

10 Motor di Parkiran Rumah Kos di Semarang Hangus Terbakar, Diduga Korsleting

Regional
1 Kg Sabu dan 500 Pil Ekstasi dari Malaysia Diamankan di Perairan Sebatik, Kurir Kabur

1 Kg Sabu dan 500 Pil Ekstasi dari Malaysia Diamankan di Perairan Sebatik, Kurir Kabur

Regional
Menyalakan 'Flare' Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Menyalakan "Flare" Saat Nobar Timnas, 5 Pemuda Diamankan Polisi di Lampung

Regional
Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Sosok Rosmini Pengemis Marah-marah, Diduga ODGJ dan Dibawa Pulang Keluarganya

Regional
Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi 'Online' Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta Per Hari

Komplotan Penjual Akun WhatsApp Judi "Online" Ditangkap, Omzet Rp 5 Juta Per Hari

Regional
Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Bukan Demo di Jalan Raya, SPSI Babel Kerahkan Ribuan Buruh ke Pantai Wisata

Regional
Belum Ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Belum Ada Calon Lain, PKB Semarang Dukung Gus Yusuf Maju Pilkada Jateng

Regional
Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Seorang Penumpang Kapal KMP Lawit Terjun ke Laut, Pencarian Masih Dilakukan

Regional
Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Mabuk Saat Mengamen, 2 Anak Jalanan di Lampung Rampok Pengguna Jalan

Regional
'May Day', Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

"May Day", Buruh di Jateng Akan Demo Besar di Semarang

Regional
Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Nobar Timnas Bareng Sandiaga di Solo, Gibran: Tak Bicara Politik

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com