Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Dari Cangkang Sawit, Listrik Mengalir untuk Produksi Kapal Nelayan di Pulau Tinggi

Kompas.com - 26/12/2021, 15:37 WIB
Heru Dahnur ,
Gloria Setyvani Putri

Tim Redaksi

"Kami berterima kasih dengan adanya listrik PLN ini, karena tidak perlu lagi beli solar. Para pekerja bisa dapat penghasilan yang lumayan," ujar ayah tiga anak itu.

Soal biaya produksi, para pekerja memang harus hitung-hitungan. Sebab untuk pembuatan satu perahu pompong mereka harus mendatangkan kayu kualitas terbaik yang harganya juga mahal.

Selain itu waktu pengerjaan yang cukup lama, mengharuskan para pekerja memiliki uang simpanan untuk membiayai kebutuhan hidup sehari-hari.

Perahu pompong berukuran panjang 15 meter dan lebar 1,5 meter dalam kondisi kosong tanpa mesin harganya berkisar Rp 110 juta sampai Rp 120 juta.

Setelah dikurangi biaya produksi, sisanya dibagi untuk para pekerja dengan jumlah bervariasi. Sesuai dengan perannya masing-masing.

Saat ini di Pulau Tinggi terdapat sejumlah kelompok pekerja yang memproduksi perahu pompong.

Orderan pembuatan perahu datang dari nelayan setempat dan juga dari nelayan desa lainnya di Bangka Selatan.

Menariknya, perahu pompong dengan ukuran lebih kecil, bahkan bisa dikerjakan orang per orangan. Biasanya perahu tersebut diproduksi untuk keperluan pribadi.

Perekonomian di Pulau Tinggi berkembang

Para pekerja optimistis melakukan produksi dalam skala besar dengan pasar yang lebih luas jika ketersediaan listrik dan bahan baku terus terjaga.

Saat ini ketersediaan listrik terbukti telah mendorong perkembangan ekonomi di Pulau Tinggi.

Dulunya produksi perahu pompong lebih banyak dilakukan di daerah daratan Bangka Selatan.

Sebab di sana akses listriknya sudah tersedia sejak lama dan pekerja lebih mudah mendapatkan solar untuk genset jika sewaktu-waktu ada pemadaman.

"Sekarang dengan adanya listrik, semua bisa dilakukan di Pulau Tinggi. Bahkan orderan bisa dilakukan via telepon dan kemudian datang ke sini untuk buat kesepakatan," ucap Ilham.

Pulau Tinggi dihuni 59 kepala keluarga (KK). Mayoritas masyarakatnya bekerja sebagai nelayan dan sebagian kecil bergerak di sektor pertanian.

Topografi pulau ini berbentuk lancip dengan gugusan perbukitan yang menjulang tinggi di bagian tengahnya. Sebab itu pulau tersebut diberi nama Pulau Tinggi.

Puncak Pulau Tinggi sekaligus menjadi penanda bagi para nelayan yang sedang berlayar di lautan.

Dari Pelabuhan Sadai, Bangka Selatan, dibutuhkan waktu sekitar 15 menit pelayaran untuk menuju Pulau Tinggi. Sementara dari dermaga Pengarem, posisinya lebih dekat, hanya sekitar 10 menit perjalanan dengan menumpangi perahu pompong.

Bangka Selatan sendiri terpaut sekitar 2 jam perjalanan darat dari Kota Pangkalpinang, ibu kota Kepulauan Bangka Belitung.

Jaraknya yang terbilang jauh dari pusat pemerintahan, membuat Pulau Tinggi menjadi bagian dari program pembangunan pulau-pulau terluar.

Ketua RT 11 Desa Penutuk, Pulau Tinggi, Usman mengatakan, ketersediaan listrik tidak hanya mendorong perkembangan usaha pembuatan perahu pompong, tapi juga mengubah gaya hidup masyarakat lebih modern dan ramah lingkungan.

Pasalnya, melalui program elektrifikasi PLN, setiap rumah mendapatkan satu set kompor induksi.

Sehingga untuk keperluan memasak, tidak lagi bergantung pada kompor gas yang pasokan bahan bakarnya kerap terhambat.

"Kalau dulu orang malas bangun rumah di sini, karena listriknya belum ada. Kemudian listrik PLN masuk yang menyala 12 jam sehari, dari malam sampai pagi. Sekarang sudah ada tambahan pembangkit jadi bisa 24 jam," ujar Usman yang sehari-hari bekerja sebagai nelayan.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Anggota Brimob Akan Dikirim untuk Amankan Intan Jaya dari Gangguan KKB

Anggota Brimob Akan Dikirim untuk Amankan Intan Jaya dari Gangguan KKB

Regional
Peringatan HUT Ke-477 Kota Semarang, Mbak Ita: Kami Buat Meriah

Peringatan HUT Ke-477 Kota Semarang, Mbak Ita: Kami Buat Meriah

Regional
Inovasi Daun Kelor Turunkan Angka Stunting, Penyuluh KB di Sumbawa Tembus Tingkat Nasional

Inovasi Daun Kelor Turunkan Angka Stunting, Penyuluh KB di Sumbawa Tembus Tingkat Nasional

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Malam Hujan Ringan

Regional
Bertemu Lembaga Adat Melayu Riau, Pj Walkot Pekanbaru Sampaikan Apresiasinya

Bertemu Lembaga Adat Melayu Riau, Pj Walkot Pekanbaru Sampaikan Apresiasinya

Regional
Presiden Jokowi Resmikan 7,47 Kilometer Jalan Inpres di Lombok Barat

Presiden Jokowi Resmikan 7,47 Kilometer Jalan Inpres di Lombok Barat

Regional
Raih Juara Umum di MTQ Ke-30 Tingkat Jateng, Kota Semarang Bawa Pulang 24 Piala

Raih Juara Umum di MTQ Ke-30 Tingkat Jateng, Kota Semarang Bawa Pulang 24 Piala

Regional
KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak Kunjungi Merauke untuk Panen Raya Padi

KSAD Jenderal Maruli Simanjuntak Kunjungi Merauke untuk Panen Raya Padi

Regional
BPOM Telusuri Produk Kosmetik Ilegal di Batam

BPOM Telusuri Produk Kosmetik Ilegal di Batam

Regional
Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Meletus, Warga Diminta Waspada

Gunung Lewotobi Laki-laki Kembali Meletus, Warga Diminta Waspada

Regional
Cerita Chef Restoran Kampung Melayu, Deg-degan Pertama Kali Memasak untuk Presiden

Cerita Chef Restoran Kampung Melayu, Deg-degan Pertama Kali Memasak untuk Presiden

Regional
Buruh Pelabuhan di Banjarmasin Ditemukan Tewas Membusuk, Ketahuan Saat Rekannya Mau Bayar Utang

Buruh Pelabuhan di Banjarmasin Ditemukan Tewas Membusuk, Ketahuan Saat Rekannya Mau Bayar Utang

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Kamis 2 Mei 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Maju Calon Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot Resmi Daftar di Partai Nasdem

Maju Calon Bupati Sumbawa, Syarafuddin Jarot Resmi Daftar di Partai Nasdem

Regional
Nelayan yang Hilang di Perairan Nusakambangan Ditemukan Tewas

Nelayan yang Hilang di Perairan Nusakambangan Ditemukan Tewas

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com