“Mengajar anak-anak adalah cita-cita saya sejak kecil,” ujar Kamariah.
Menurut Kamariah, pengalamannya selama pandemi selalu mencari sinyal dalam memberikan pembelajaran kepada siswa.
“Termasuk ketika memberikan instruksi melalui WhatsApp, saya harus menempuh perjalanan sekitar 45 menit,” katanya.
Baginya, mengajar dan mengikuti pelatihan di masa pandemi harus tetap diwujudkan, karena pendidikan adalah hak setiap anak.
Pengalamannya selama mengikuti kegiatan Program PINTAR Penggerak Tanoto Foundation Muaro Jambi dan Dinas Pendidikan Kabupaten Muaro Jambi menginspirasinya untuk terus belajar demi pendidikan yang lebih baik.
Penting baginya untuk terus berlatih, belajar meningkatkan kompetensi dirinya di masa pandemi, guna memajukan pendidikan demi anak bangsa.
Lalu bagaimana kiatnya menghadapi lemahnya sinyal selama ini?
“Dengan menghadapi kendala sinyal, di hadapi dengan sabar dan semangat,” katanya.
Kamariah mencari sinyal di lokasi persawahan, kalau di sawah banjir, dia mencarinya di tempat adik kandungnya yaitu di daerah Jambi.
“Mondar-mandir di jalan, sering juga nyari sinyalnya di simpang tiga, wilayah penyengat olak jalan puting, hingga ke lintas Sengeti,” jelasnya.
Baca juga: Viral, Video Bupati Batubara Marahi Guru karena Siswa Tak Pakai Masker
Begitulah cara Kamariah berkuliah secara daring hingga mendapat gelar sarjana S1.
Guru yang lahir 1966 lalu ini, memiliki semangat tinggi dalam mengajar. Sinyal yang buruk, tidak menghalanginya untuk terus mengajar.
Dia berharap sekali agar pemerintah membangunkan tower penguat sinyal, agar orang-orang sepertinya maupun siswa dan masyarakat lainnya tidak kesulitan jaringan.
“Harapan saya, semoga ada perhatian untuk membangun dan memasang tower, karena kami dari tiga desa, tidak mendapatkan jaringan,” pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.