Ketertinggalan dan dampak di semua lini akibat pandemi harusnya dijadikan fokus kerja kepala daerah untuk menaikkan kesejahteraan warganya.
Jika pekerjaan pembangunan infrastruktur saja masih “dipalak” oleh bupati dan kepala dinasnya, bisa dibayangkan kontraktor pelaksananya pasti akan mengurangi mutu pekerjaan untuk bisa mendapat laba dari proyek yang dikerjakan.
Baca juga: Wamenkumham: Bedanya Suap dan Gratifikasi Ada di Meeting of Minds
Lingkaran setan antara mutu proyek infrastruktur dan komisi untuk lingkaran birokrasi di sebagaian daerah menjadi gambaran buruk tata kelola pemerintahan di tingkat lokal.
Bagi Abdul Wahid, kejadian memalukan ini membuatnya kehilangan momentum untuk mengakhiri jabatannya dengan “legacy” yang membanggakan.
Sebagai kepala daerah berlatar belakang mantan pekerja media dan anggota Dewan, seharusnya dia memanfaatkan kekuatan jaringan di nasional dan daerah untuk membawa program-program pembangunan dari kementerian ke daerahnya.
Sayang juga ia tidak memanfaatkan akses politiknya di Partai Golkar untuk meningkatkan pembangunan yang mengangkat kesejahteraan masyarakat HSU.
Menurut penuturan sahabat-sabahat saya yang menjabat kepala daerah, adalah jamak untuk menarik program kementeriaan ke daerah asal menterinya berasal dari satu partai yang sama.
Ada banyak menteri dari Partai Golkar. Seyogianya Abdul Wahid bisa menarik berbagai program kementerian ke HSU.
Saya jadi teringat sahabat saya saat memburu berita di lapangan dulu. Totalitasnya dalam bekerja memang patut diacungi jempol.
Hanya karena abai dengan persiapan masa pensiunnya, kini sahabat saya yang pernah puluhan tahun bekerja sebagai wartawan sebuah surat kabar harus bekerja menangguk rezeki halal sebagai pengemudi motor layanan online.
Dia tidak malu. Saya dan sahabat-sahabat yang lain tetap bangga dengan prinsip hidupnya.
Sementara, ada sahabat lain yang kini tergolek lunglai karena penyakit stroke yang diidapnya. Ketampanan parasnya di layar kaca dulu kini hilang digerogoti penyakit.
Sangat disayangkan Abdul Wahid melupakan kisah epos kepahlawanan Syeikh Sayid Sulaiman dari daerahnya sendiri.
Selain sebagai penyebar agama Islam, Syeikh Sayid Sulaiman juga dikenal keberaniannya melawan penjajah Belanda di abad ke-18.
Berkat jasa dan pengorbanan Syeikh Sayid Sulaiman, makamnya di Amuntai Utara hingga sekarang ramai dikunjungi peziarah.
Walau sudah lama wafatnya, imbas rezekinya masih dirasakan warga dari peziarah yang datang dari berbagai wilayah di tanah air dan negeri jiran.
Saya jadi teringat dengan pesan kakek saya: Yen urip mung isine isih nuruti nepsu, sing jenenge mulya mesti soyo angel ketemu.
Kalau diartikan dalam Bahasa Indonesia, kurang lebih maknanya, jika hidup itu masih dipenuhi dengan nafsu untuk bersenang-senang, yang namanya kemuliaan hidup akan semakin sulit ditemukan.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.