PADANG, KOMPAS.com - Seorang wanita paruh baya menggunakan hijab dan baju merah turun dari sebuah mobil.
Kemudian dia berjalan ke lokasi vaksinasi di Koto Baru, Dharmasraya, Sumatera Barat.
Saat dilihat sepintas, langkah kakinya seperti biasa.
Namun, apabila dilihat dengan saksama, maka akan terlihat dia menggunakan kaki palsu.
Baca juga: Bobby Nasution Optimalkan Lowongan Kerja untuk Disabilitas di Medan
Perempuan itu adalah Surtini (59), disabilitas yang ingin mendapatkan vaksin Covid-19.
"Saya datang karena ingin mendapatkan vaksin," kata Surtini kepada Kompas.com, Minggu (21/11/2021).
Tini, sapaan akrab Surtini menyebutkan, vaksinasi adalah hak warga negara, sehingga semua warga termasuk disabilitas berhak mendapatkannya.
"Tidak ada perbedaan. Ini hak dan saya ingin mendapatkannya. Pemerintah sudah menggratiskan, jadi kenapa tidak menggunakannya," kata Tini.
Baca juga: Hadiri Festival HAM 2021, Ganjar Pranowo Cerita Penyandang Disabilitas hingga Wadon Wadas
Tini sangat paham bahwa vaksin merupakan sebuah kebutuhan agar terhindar dari Covid-19 yang saat ini menjadi pandemi.
Tetapi, Tini mengakui banyak orang yang terpapar hoaks, sehingga takut untuk disuntik vaksin.
"Kalau di sini informasinya dari mulut ke mulut. Kalau sudah terkena isu hoaks itu, satu keluarga bisa tidak mau vaksin," kata Tini.
Tini mengakui bahwa pada awalnya dia mendengar hoaks soal vaksinasi dari tetangga.
Ada yang mengatakan bahwa vaksinasi itu tidak halal, berbahaya bagi kesehatan karena bisa menyebabkan kematian, menggunakan chip, dan banyak kabar bohong lainnya.
Namun, Tini tidak begitu saja percaya pada omongan orang lain.
Tini bertanya kepada petugas kesehatan di Puskesmas dan ternyata mendapatkan jawaban yang berbeda.
Vaksinasi halal dan tidak berbahaya bagi kesehatan. Apalagi ada skrining sebelum seseorang menerima vaksin.
"Apalagi katanya pakai chip...,chip apa itu? Tidak masuk akal," kata Tini.