Kerap paket bantuan yang disalurkan ke berbagai daerah yang terkena musibah bencana alam hanya menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, obat-obatan, selimut dan pakaian.
Dari berbagai operasi bantuan kemanusian yang saya ikuti bersama Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan seperti tsunami Aceh 2004, tsunami Pangandaran 2006, gempa Nabire di Papua 2004, gempa Yogyakarta 2006, serta gempa dan tsunami Palu 2018, bantuan sembako, pencarian korban, serta pengobatan dan trauma healing menjadi fokus utama bantuan.
Palang Merah Indonesia (PMI) pun melakukan hal yang sama. Bantuan akses internet untuk pengungsi umumnya disediakan oleh provider. Kuota yang disediakan sangat terbatas sehingga masih menyulitkan korban musibah.
Persoalan akses listrik dan internet harus mendapat perhatian bersama. Kondisi daerah yang minim jaringan listrik dan akses internet masih banyak ditemukan di Tanah Air.
Situasi ini diperparah oleh kondisi geografis Indonesia yang membuat wilayah Nusantara rawan bencana. Indonesia berada di jalur pertemuan tiga lempeng benua yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Indonesia juga berada di jalur rangkaian gunung api dunia. Ini membuat wilayah Indonesia rawan gempa.
Selain gempa, bencana yang paling banyak terjadi adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor.
Di Kalimantan Barat saja, area genangan banjir meluas dari Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Ketapang dan Bengkayang.
Sementara di Kalimantan Tengah, banjir menggenangi juga Kotawaringin Timur, Katingan, Lamandau, Gunung Mas, Kotawaringin Barat, Barito Utara, Murung Raya, Seruyan dan Kota Palangkaraya.
Di Kalimantan Selatan, banjir juga menerjang Hulu Sungai Tengah, Tapin, Banjar, Kota Banjar Baru, Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Batola.
Keterbatasan fasilitas, keterisoliran daerah, dan bencana alam yang rutin datang tidak boleh menyurutkan semangat anak-anak untuk tetap sekolah. Hanya dengan sekolahlah kita bisa menuntut ilmu hingga kita mandiri.
Ada baiknya kisah masa kecil Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurahman yang penuh keprihatinan dan perjuangan di masa bocah menjadi contoh tauladan bagi anak-anak sekolah di manapun berada.
Kesulitan yang kita alami sekarang ini bisa jadi tidak lebih sulit dibanding masa Jenderal Dudung dulu.
Ditinggal wafat ayahnya, Dudung yang masih bersekolah SMP sudah membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan membantu menjadi penjual dan pengantar suratkabar.
Sejak pukul 04.00, Dudung kecil harus mengantarkan koran ke beberapa pelanggan. Usai pekerjaan itu, Dudung masih harus berjualan kue klepon sebelum masuk sekolah di siang hari.
Saat berjualan kue di markas tentara, ia pernah ditendang petugas jaga. Duduh terjatuh dan kue kleponnya berantakan di tanah.
Perlakuan ini yang akhirnya membuat Dudung terlecut menjadi tentara. Cita-citanya menjadi perwira tinggi. Ternyata, ia tidak sekadar menjadi perwira tinggi, tapi jadi orang nomor satu di TNI AD.
Ayo adik-adik...kalian bisa, harus bisa, pasti bisa.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.