Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Elegi Nestapa dari Sintang dan Lembata

Kompas.com - 20/11/2021, 08:33 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Sang mentari menyapa hangat
Langkah kaki mungil hiasi hari
Penuh semangat dalam canda tawa
Polos dan tak berdosa
Merekalah para pencari ilmu

Setiap hari terus bergerak
Tak mengenal henti
Demi sebuah perbaikan
Demi sebuah perubahan

Menggapai sang cahaya pengetahuan
Sebagai penerang, hempaskan kedangkalan
Hiraukan hinaan, tetap fokus pada tujuan
Pintu sukses kelak akan menjadi sebuah jawaban

(“Para Pencari Ilmu” – Seuntaipuisi.blogspot.com)

Saya terngiang dengan cita-cita kita dulu di era 1970 dan 1980-an. Kalau tidak jadi dokter, tentara, polisi, guru, atau insinyur. Itulah jawaban kita jika ada yang bertanya soal cita-cita kelak. 

Cita-cita anak dulu berbeda dengan anak sekarang. Cita-cita kekinian anak-anak sekarang adalah vlogger, youtuber, penambang bit coin, make up spesialist, social media expert, bahkan spesialis robotik.

Biarkan anak-anak berceloteh tentang mimpinya. Biarkan mereka mewujudkan fantasinya dengan bertanggungjawab dan sungguh-sungguh.

Capaian terbesar manusia dewasa ini bukankah berasal dari mimpi-mimpi masa lalu yang kerap disangsikan? Kita tidak bisa melarang. Kita hanya perlu menjelaskan dengan konteks kekinian dan masa depan.

Anak-anak di perkotaan yang berasal dari keluarga mapan kerap bercita-cita tinggi. Tetapi, sadarkah kita dengan mimpi anak-anak di daerah batas negara seperti di Skow, Papua, atau di Jagoi Babang, Kalimantan Barat, atau juga di Wini, Nusa Tenggara Timur?

Mimpi mendapatkan akses internet gratis bagi mereka sebuah anugerah. Mimpi bisa makan sehari tiga kali adalah berkah yang luar biasa.

Padahal, merekalah pewaris masa depan, pelanjut perjuangan kita bersama. Ada begitu banyak anak-anak yang kurang beruntung dalam kehidupan.

Perjuangan pelajar Sekolah Dasar (SD) Inpres 92 Bean, Desa Bean, Kecamatan Buyasari, Kabupaten Lembata, Nusa Tenggara Timur (NTT), demi mengikuti Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) yang dihelat dari Senin hingga Selasa (16/11/2021) ternyata cukup berat.

Selain harus berjalan sejauh satu kilometer agar bisa mendapatkan lokasi dengan jaringan internet yang bagus, mereka masih harus menarik dan mendorong mesin generator untuk mendukung pelaksanaan ANBK.

Desa Bean seperti halnya desa-desa lain di pelosok di Lembata, belum dilewati jaringan listrik dan jaringan internet yang memadai (Kompas.com, 17/11/2021).

Baca juga: Perjuangan Siswa SD di Lembata, Tarik dan Dorong Mesin Generator Sejauh 1 Km demi Ikuti ANBK

Dipilihnya lokasi kebun di Tanjung Merah bukan tanpa alasan. Di lokasi ini jaringan internetnya lumayan bagus.

Semula siswa akan menumpang Wi-Fi di SMPN SATAP Bean tetapi karena tegangan arus listrik diesel yang tidak stabil membuat jaringan WIFI kerap terputus.

Mereka kemudian mencari lokasi yang akses internetnya lumayan bagus. Dapatlah lokasi baru di Pustu.

Para murid pun berkumpul di Pustu. Namun, di tengah jalan jaringan internet ngadat. Kembali mereka berburu lokasi. Akhirnya didapatlah lokasi bagus di sebuah kebun di Tanjung Merah.

Generator diperlukan untuk men-charge laptop yang dipakai peserta ANBK mengingat daerah Tanjung Merah belum mendapat pasokan listrik.

Para guru mengakui semangat anak didiknya patut diacungi jempol. Kendala dan kesulitan mendapatkan akses internet dan pasokan listrik tidak menyurutkan semangat anak-anak mengikuti ANBK.

Listrik dan akses internet adalah barang mewah di pelosok Lembata. Para pendidik sudah terbiasa berburu lokasi yang sinyalnya bagus. 

Biasanya mereka sekalian membawa generator untuk isi ulang laptop seperti yang dilakukan saat mengisi survei lingkungan belajar (SLB) secara online (Kompas.com, 17/11/2021).

Baca juga: Perjuangan Para Guru di Lembata, NTT, Cari Sinyal Internet hingga ke Kebun

Banjir yang kerap datang selama November 2021 menambah beban perjuangan. Akses transportasi semakin sulit. Jaringan listrik tertanggu. Imbasnya, akses internet pun terganggu. 

Banjir akibat curah hujan yang tinggi menyebabkan sejumlah jalan putus karena tumpahan material batu dan pohon-pohon menghalangi jalan. Empat desa seperti Jontona, Lamaawu, Lamagute dan Napasabok terisolir karena banjir (Kompas.com, 17/11/2021).

Baca juga: 3 Ruas Jalan di Lembata Putus Diterjang Banjir, Sejumlah Alat Berat Diterjunkan

Banjir merendam dan memutus ruas jalan Sintang-Putussibau di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Sabtu (13/11/2021). BPBD Kabupaten Sintang menyatakan banjir masih merendam beberapa kecamatan di daerah setempat, meski demikian banjir telah surut 10 hingga 15 sentimeter pada Jumat (12/11/2021) kemarin.ANTARA FOTO/JANE ELISABETH WUYSA Banjir merendam dan memutus ruas jalan Sintang-Putussibau di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, Sabtu (13/11/2021). BPBD Kabupaten Sintang menyatakan banjir masih merendam beberapa kecamatan di daerah setempat, meski demikian banjir telah surut 10 hingga 15 sentimeter pada Jumat (12/11/2021) kemarin.

Kisah serupa dari Sintang

Banjir besar akibat luapan Sungai Melawi dan Sungai Kapuas yang menerjang 175 desa, 16 kelurahan, dan 12 kecamatan di Kabupaten Sintang, Kalimantan Barat, hingga sebulan terakhir ini belum memperlihatkan tanda-tanda surut.

Sebanyak 26.107 jiwa masih tinggal di pos-pos pengungsian. Dari kesaksian banyak warga, banjir di Sintang kali ini menjadi yang terbesar sejak 40 tahun terakhir.

Sejak 25 Oktober 2021 Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sintang menghentikan kegiatan pembelajaran tatap muka terbatas di sekolah yang terdampak banjir.

Padahal, sebelum banjir, kegembiraan siswa-siswi sekolah tengah membuncah usai lama belajar di rumah saja selama pandemi berlangsung.

Begitu banjir datang pembelajaran kembali dilakukan secara daring hingga kondisi banjir surut dan akses transportasi lancar kembali.

Di beberapa daerah di Sintang seperti di jalan provinsi menuju perbatasan Sintang–Malaysia, ketinggian air bahkan mencapai 2 meter (Pontianak.tribunnews.com, 18 November 2021).

Kendala yang ditemui anak-anak korban banjir selama di pengungsian adalah masih putusnya jaringan listrik sehingga akses internet juga berhenti total.

Para pelajar mengalami kesulitan untuk belajar daring apalagi di daerah pekuburan yang dijadikan lokasi penampungan korban banjir.

Warga Kelurahan Ulak Jaya, Kecamatan Sintang, misalnya, bergotong royong membangun dapur umum hingga menyediakan pembangkit listrik tenaga diesel sebagai pengganti jaringan listrik PLN yang sudah berhenti.

Rumah-rumah yang tidak terendam banjir dijadikan tempat pengungsian. Pekuburan dijadikan dapur umum dan tempat belajar anak-anak pengungsi.

Sudah sekitar satu bulan mereka belum bisa kembali ke rumah. Kejenuhan di tempat pengungsian menjadi persoalan psikologis yang kerap dialami anak-anak sekolah.

Ketiadaan akses internet menjadikan anak-anak “gabut” atau cepat bosan karena tidak dapat mengikuti pelajaran sekolah dan bermain.

Saya hanya membatin, andai mobil pusat layanan internet kecamatan (MPLIK) yang pernah diluncurkan di era pemerintahan SBY dengan Menteri Komunikasi dan Informasi-nya Tifatul Sembiring masih berjalan, tentu kondisi “kegabutan” anak-anak usia sekolah di tempat-tempat pengungsian bisa teratasi.

Sayangnya, rongsokan MPLIK di berbagai daerah menjadi prasasti kegagalan sebuah rezim tanpa ada yang bertanggungjawab.

MPLIK yang diluncurkan pada 2010 dan mulai beroperasi 2011 ditujukan untuk membuka akses layanan internet dan telepon pada masyarakat di daerah tertinggal, terpencil dan perbatasan. Penyelenggaraannya bertumpu pada dana universal service obligation (USO).

Sejak 31 Desember 2014, ratusan MPLK teronggok menjadi barang rongsok di berbagai daerah karena persoalan utang antara kementerian komunikasi dengan pelaksana proyek dan vendor penyediaan mobil.

Hingga sekarang, penuntasan kasus sengketa tersebut di Badan Arbitrase Nasional masih belum terdengar kabarnya lagi (Kompas.com, 23/05/2016).

Baca juga: Puluhan Mobil Internet Kecamatan Terbengkalai

Banjir merendam permukiman penduduk di Desa Hagu, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Rabu (17/11/2021). Dalam sebulan, Aceh Utara sudah 3 kali dilanda banjir. KOMPAS.com/MASRIADI SAMBO Banjir merendam permukiman penduduk di Desa Hagu, Kecamatan Matangkuli, Aceh Utara, Rabu (17/11/2021). Dalam sebulan, Aceh Utara sudah 3 kali dilanda banjir.

Bantuan logistik tidak harus mie instan

Kerap paket bantuan yang disalurkan ke berbagai daerah yang terkena musibah bencana alam hanya menitikberatkan pada pemenuhan kebutuhan fisik seperti makanan, minuman, obat-obatan, selimut dan pakaian.

Dari berbagai operasi bantuan kemanusian yang saya ikuti bersama Badan Penanggulangan Bencana (BAGUNA) PDI Perjuangan seperti tsunami Aceh 2004, tsunami Pangandaran 2006, gempa Nabire di Papua 2004, gempa Yogyakarta 2006, serta gempa dan tsunami Palu 2018, bantuan sembako, pencarian korban, serta pengobatan dan trauma healing menjadi fokus utama bantuan.

Palang Merah Indonesia (PMI) pun melakukan hal yang sama. Bantuan akses internet untuk pengungsi umumnya disediakan oleh provider. Kuota yang disediakan sangat terbatas sehingga masih menyulitkan korban musibah.

Persoalan akses listrik dan internet harus mendapat perhatian bersama. Kondisi daerah yang minim jaringan listrik dan akses internet masih banyak ditemukan di Tanah Air. 

Situasi ini diperparah oleh kondisi geografis Indonesia yang membuat wilayah Nusantara rawan bencana. Indonesia berada di jalur pertemuan tiga lempeng benua yaitu Eurasia, Indo-Australia, dan Pasifik. Indonesia juga berada di jalur rangkaian gunung api dunia. Ini membuat wilayah Indonesia rawan gempa. 

Selain gempa, bencana yang paling banyak terjadi adalah bencana hidrometeorologi seperti banjir dan tanah longsor. 

Di Kalimantan Barat saja, area genangan banjir meluas dari Kapuas Hulu, Sintang, Melawi, Sekadau, Sanggau, Ketapang dan Bengkayang.

Sementara di Kalimantan Tengah, banjir menggenangi juga Kotawaringin Timur, Katingan, Lamandau, Gunung Mas, Kotawaringin Barat, Barito Utara, Murung Raya, Seruyan dan Kota Palangkaraya.

Di Kalimantan Selatan, banjir juga menerjang Hulu Sungai Tengah, Tapin, Banjar, Kota Banjar Baru, Tanah Laut, Kota Banjarmasin, Balangan, Tabalong, Hulu Sungai Selatan dan Batola.

Keterbatasan fasilitas, keterisoliran daerah, dan bencana alam yang rutin datang tidak boleh menyurutkan semangat anak-anak untuk tetap sekolah. Hanya dengan sekolahlah kita bisa menuntut ilmu hingga kita mandiri.

Ada baiknya kisah masa kecil Kepala Staf Angkatan Darat Jenderal TNI Dudung Abdurahman yang penuh keprihatinan dan perjuangan di masa bocah menjadi contoh tauladan bagi anak-anak sekolah di manapun berada.

Kesulitan yang kita alami sekarang ini bisa jadi tidak lebih sulit dibanding masa Jenderal Dudung dulu.

Ditinggal wafat ayahnya, Dudung yang masih bersekolah SMP sudah membantu meringankan beban ekonomi keluarga dengan membantu menjadi penjual dan pengantar suratkabar.

Sejak pukul 04.00, Dudung kecil harus mengantarkan koran ke beberapa pelanggan. Usai pekerjaan itu, Dudung masih harus berjualan kue klepon sebelum masuk sekolah di siang hari.

Saat berjualan kue di markas tentara, ia pernah ditendang petugas jaga. Duduh terjatuh dan kue kleponnya berantakan di tanah.

Perlakuan ini yang akhirnya membuat Dudung terlecut menjadi tentara. Cita-citanya menjadi perwira tinggi. Ternyata, ia tidak sekadar menjadi perwira tinggi, tapi jadi orang nomor satu di TNI AD.

Ayo adik-adik...kalian bisa, harus bisa, pasti bisa.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Pilunya Apriani, Bocah 1 Tahun Penderita Hidrosefalus yang Butuh Dana Berobat ke Bali

Pilunya Apriani, Bocah 1 Tahun Penderita Hidrosefalus yang Butuh Dana Berobat ke Bali

Regional
Dorong Realisasi Program Lamongan Sehat, Bupati Lamongan Resmikan Poliklinik II RSUD Dr Soegiri

Dorong Realisasi Program Lamongan Sehat, Bupati Lamongan Resmikan Poliklinik II RSUD Dr Soegiri

Kilas Daerah
Video Mesum di Salah Satu Lapas Jateng Ternyata Dibuat Sejak 2020

Video Mesum di Salah Satu Lapas Jateng Ternyata Dibuat Sejak 2020

Regional
Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Pekanbaru Hari Ini Selasa 23 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Dijual di Atas HET, 800 Tabung Elpiji Milik Agen Nakal Disita Polisi

Dijual di Atas HET, 800 Tabung Elpiji Milik Agen Nakal Disita Polisi

Regional
Hadapi Pilkada, Elite Politik di Maluku Diminta Tak Gunakan Isu SARA

Hadapi Pilkada, Elite Politik di Maluku Diminta Tak Gunakan Isu SARA

Regional
Diisukan Maju Pilkada Semarang dengan Tokoh Demokrat, Ini Kata Ade Bhakti

Diisukan Maju Pilkada Semarang dengan Tokoh Demokrat, Ini Kata Ade Bhakti

Regional
Korban Kasus Dugaan Pencabulan di Kebumen Bertambah Jadi 6 Orang Anak, 1 Positif Hamil

Korban Kasus Dugaan Pencabulan di Kebumen Bertambah Jadi 6 Orang Anak, 1 Positif Hamil

Regional
Sebelum Tewas, Wanita Tinggal Kerangka di Wonogiri Miliki Hubungan Asmara dengan Residivis Kasus Pembunuhan

Sebelum Tewas, Wanita Tinggal Kerangka di Wonogiri Miliki Hubungan Asmara dengan Residivis Kasus Pembunuhan

Regional
Pilkada Kota Semarang, Sejumlah Pengusaha dan Politisi Antre di PDI-P

Pilkada Kota Semarang, Sejumlah Pengusaha dan Politisi Antre di PDI-P

Regional
Beredar Video Mesum 42 Detik di Lapas, Kemenkumham Jateng Bentuk Tim Khusus

Beredar Video Mesum 42 Detik di Lapas, Kemenkumham Jateng Bentuk Tim Khusus

Regional
Dua Kali Menghamili Pacarnya, Polisi di NTT Dipecat

Dua Kali Menghamili Pacarnya, Polisi di NTT Dipecat

Regional
PDI-P Pemalang Buka Pendaftaran Bacalon Bupati, Anom Wijayantoro Orang Pertama Daftar

PDI-P Pemalang Buka Pendaftaran Bacalon Bupati, Anom Wijayantoro Orang Pertama Daftar

Regional
Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Jual Beli BBM di Kalsel Akhirnya Ditahan

Tersangka Kasus Investasi Bodong Berkedok Jual Beli BBM di Kalsel Akhirnya Ditahan

Regional
Setelah dari KPU, Gibran Rencanakan Pertemuan dengan Sejumlah Tokoh di Jakarta

Setelah dari KPU, Gibran Rencanakan Pertemuan dengan Sejumlah Tokoh di Jakarta

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com