Menurut Sanusi, meski jumlah perempuan yang belum menemukan jodoh jumlahnya banyak, tapi orang yang datang padanya lebih banyak laki-laki.
"Saya sendiri heran. Kadang yang datang perempuan, perempuan, terus perempuan. Berapa hari yang datang laki-laki terus," ujarnya.
Dia kembali menunjukkan tujuh orang klien yang belum menemukan jodoh, mayoritas laki-laki, yakni tujuh orang.
Kata Sanusi, mungkin perempuan cenderung gengsi kalau terang-terangan mencari jodoh.
Terkait status perkawinan, meski terdapat klien yang lajang, memang lebih banyak duda dan janda yang datang padanya untuk mencari jodoh.
"Perempuan yang satunya lagi itu, itu masih perawan umur 38 tahun. Dia sekarang masih kerja di Hongkong, tapi sudah waktunya pulang. Makanya minta dicarikan jodoh," tuturnya.
Sanusi mengaku sudah cukup lama membuka layanan biro jodoh. Namun ia baru 2,5 bulan memasang spanduk tersebut.
"Saya Sanusi. Baru dua apa tiga bulan lalu saya pasang spanduk itu. Tapi saya menjodohkan orang sudah lama," ujar Sanusi menggunakan bahasa Jawa.
Ia memasang banner karena sejak beberapa tahun terahir mulai jarang mendapatkan 'order' perjodohan.
Setelah 2,5 bulan pasang spanduk, Sanusi mengklaim sudah menjodohkan lima pasangan dan menikah.
Jumlah itu tidak termasuk mereka yang perjodohannya terjadi berkat bantuan yang dia berikan sebelum memasang banner.
Baca juga: Satu-satunya Pasien Covid-19 yang Tersisa di Blitar Meninggal di RS