Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Masyarakat Adat Mentawai Bertahan dari Pandemi dan Kesulitan Uang untuk Sekolah: Hidup Sekarang Lebih Sulit

Kompas.com - 14/11/2021, 08:38 WIB
Rachmawati

Editor

Aman Lepon mengaku membutuhkan uang untuk biaya anak-anaknya yang sekolah dan kuliah.

Anak sulungnya, Lepon Salakkirat, kuliah di Kota Padang. Sedangkan anak keduanya duduk di bangku SMA di Muara Siberut.

Baca juga: Selamatkan Seni Tato yang Hampir Punah di Mentawai, dari Motif Mata Jaring hingga Tumbuhan Berduri

Sebagian besar ternak babinya sudah dijual untuk membiayai anak-anaknya.

Ia juga pernah menjual pisang dan manau, tetapi harganya sangat murah. Satu tandan pisang hanya dihargai Rp 8.000 dan satu batang manau besar hanya Rp 2.000.

Saat itu, kata Aman Lepon, dia mengantongi Rp 200.000 dari hasil penjualan pisang dan manau. Uang itu habis untuk membeli bensin pompong ke tempat penjualannya di Muara Siberut.

"Saya ingin menangis. Sekarang semua serba uang, untuk biaya kuliah Lepon saja Rp 5 juta sampai Rp 6 jutaan tiap semester. Belum lagi uang kos dan biaya makannya setiap bulan, saya jadi bingung," katanya.

Baca juga: Gempa M 7,2 yang Guncang Nias Terasa hingga Padang dan Mentawai

Tapi ia tak ingin anak-anaknya putus sekolah. Aman Lepon menginginkan masa depan yang lebih baik untuk keturunannya.

"Kami tidak sekolah. Kami bodoh, tidak sekolah sama sekali. Kami harapkan anak-anak kami sekolah yang bagus. Biar bapak ibunya yang bodoh tapi anak-anak harus sekolah."

Aman Goddai, saudara Aman Lepon, mengeluhkan hal yang sama.

"Kalau untuk makan memang masih ada sagu, pisang, dan keladi, tapi itu tidak cukup. Kami masih butuh uang untuk membeli garam, gula, dan pakaian anak," katanya.

Aman Lepon dan Aman Goddai mengatakan tidak pernah mendapat bantuan sosial Covid dari pemerintah.

Baca juga: Wanita Rusia Kena Operasi Penyekatan, Diizinkan Lewat karena Ingin Menikah di Mentawai

"Ada orang yang sudah mendapat bantuan dari pemerintah, dapat beras sekarung, telur, dan uang, tetapi saya dan keluarga tidak pernah dapat."

"Padahal saya juga punya KTP, punya Kartu Keluarga, punya anak yang kuliah dan butuh bantuan, dan saya juga tidak punya pekerjaan," kata Aman Lepon.

Tanpa bantuan sosial dari pemerintah dan tanpa pemasukan dari pariwisata, masyarakat adat di Butui seperti terlupakan di tengah-tengah pandemi.

Baca juga: Gempa Mentawai, Ini Penjelasan BPBD soal Sirene Tsunami di Agam Berbunyi

Ramuan rahasia sikerei

Di belakang Desa Butui, hutan sagu dan hutan tropis masih rapat, menyediakan bahan makanan untuk warga.FEBRIANTI Di belakang Desa Butui, hutan sagu dan hutan tropis masih rapat, menyediakan bahan makanan untuk warga.
Aman Lepon dan Aman Goddai merupakan sikerei, ahli tanaman obat dan tokoh ritual penghubung manusia dengan roh-roh dalam setiap ritual orang Mentawai.

Di Butui, masih ada sekitar 40 sikerei seperti mereka.

Menjadi sikerei adalah sebuah kehormatan tersendiri, sebut Aman Lepon, walaupun kerap kali tak ada imbalannya.

"Menjadi sikerei itu seperti kerja mulia. Untuk mengobati orang sakit, bayaran tidak kami minta," sebutnya.

Baca juga: Dampak Gempa Mentawai, Bangunan RSUD dan Puskesmas Rusak, IGD Tak Bisa Digunakan

Bila ada, warga yang sakit akan menyembelih ayam atau babi untuk dimakan bersama sikerei setelah ritual selesai.

"Lalu sikerei diberi sebagian untuk dibawa pulang," lanjut dia.

Di kawasan Sarereiket seperti Desa Madobag dan Desa Matotonan, tidak terlalu banyak kasus Covid-19.

Hanya ada enam kasus terkonfirmasi Covid di sana, yang seluruhnya dinyatakan telah sembuh pada September lalu.

Baca juga: Gempa Mentawai Sebabkan Sirene Tsunami di Agam Berbunyi, Warga Berhamburan Melarikan Diri

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Perjuangan Guru Erni Seberangi Lautan demi Mengajar, Perahu yang Dinaiki Pernah Terbalik

Regional
Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Cekcok dengan Ibunya, Mahasiswa di Banjarmasin Ditemukan Tewas Gantung Diri

Regional
Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Seluruh Murid Diliburkan

Banjir Rendam Sekolah di Maja Lebak, Seluruh Murid Diliburkan

Regional
Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Untidar Magelang Kini Jadi BLU, Rektor Klaim UKT Tak Naik

Regional
Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar 'Online' buat Ujian

Kisah Siswa SDN 104 Krui, Naik ke Bukit Cari Sinyal Belajar "Online" buat Ujian

Regional
Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Kisruh Penerima KIP Kuliah di Undip Semarang, Ini Penjelasan Pihak Kampus

Regional
Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Korupsi BLT Covid-19, Mantan Kades di Tangerang Divonis 2,5 Tahun Penjara

Regional
28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

28 Calon TKI Ilegal yang Akan Berangkat ke Malaysia Diselamatkan di Pesisir Nunukan

Regional
Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Santap Jamur Liar dari Pekarangan Rumah, Sekeluarga di Cilacap Keracunan

Regional
Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Jalan Rangkasbitung-Bogor Longsor, Kendaraan Roda Empat Dialihkan ke Jalur Alternatif

Regional
Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Calon Perseorangan Pilkada Sumbar 2024 Butuh 347.532 Dukungan

Regional
Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Ingin Diresmikan Jokowi, Pembangunan Bendungan Keureto Aceh Dikebut

Regional
Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Rugikan Negara Rp 8,5 Miliar, Mantan Dirut PDAM Kabupaten Semarang Ditahan

Regional
Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Kebakaran Kapal Wisata di Labuan Bajo Diduga akibat Korsleting di Ruang Mesin

Regional
Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Segera Buka Penjaringan Bakal Cawalkot Solo, Gerindra Cari Sosok yang Bisa Lanjutkan Kerja Gibran

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com