Kedai-kedai itu juga menjual biji kopi yang disangrai atau yang sudah digiling sebagai buah tangan.
Jasman Tristanto, pemilik Rumah Kopi D’Waroeng (RKD) Merauke, mengakui kopi-kopi terutama di Muting adalah kopi dari hasil tanam transmigran pada kurun 80--90-an yang datang ke Merauke.
Baca juga: Gelang dan Tali Masker Kopi Karya Joglo Ayu Tenan Jadi Best Seller di YIA
Hanya saja kopi-kopi itu sempat ditelantarkan oleh pemiliknya karena dipandang tidak ekonomis.
Jasman membeli kopi-kopi masyarakat itu untuk dijual di kedainya. Bahkan sejumlah kafe di Jakarta juga sering mengorder kopi Jasman.
Menurutnya, panenan kopi di Merauke belum terlalu besar, masih sekitar 500--800 kg per tahun. Tapi sekarang Jasman mengajak sejumlah petani untuk menanam kembali.
Belakangan ini pria yang keturunan Jawa (Jamer) ini menularkan pengetahuannya mengolah pascapanen kopi, yang tak lagi hanya dengan cara natural yakni petik jemur, tapi juga washed dan semi washed.
“Cuma kendalanya kami belum punya huller atau pengupas kulit. Sehingga menyulitkan untuk proses washed,” kata laki-laki berpangkat bripka yang sehari-harinya bekerja sebagai Kanit Binmas di Polsek Muting, Kabupaten Merauke.
Baca juga: Barista di Kota Malang Racik Kopi Espreso Apple Pie
Kini Papua sangat dikenal sebagai penghasil kopi yang bercita-rasa tinggi. Awalnya masyarakat hanya mengenal kopi robusta Monemane atau kopi arabica Wamena.
Tapi sekarang banyak tempat di Papua menghasilkan kopi. Sebut saja kopi Amungme, yang berkembang di daerah Mimika, kopi Oksibil dari Pegunungan Bintang, kopi Tiom dari Lany Jaya, dan lain-lain.
Rasa kopi Papua dari pegunungan tengah ini sangat unik, mulai dari aroma cokelat dan floral, asam yang sedang, sampai body yang medium.
Tulis komentarmu dengan tagar #JernihBerkomentar dan menangkan e-voucher untuk 90 pemenang!
Syarat & KetentuanSegera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.