Jam matahari tersebut berbentuk oval dengan penanda jam di sebagian sudutnya.
Jam matahari itu tidak memiliki komponen penunjuk bayangan atau gnomon, karena dirancang supaya bisa melibatkan orang secara langsung untuk memunculkan bayangan.
Astronom perancang jam matahari, Judhistira Aria Utama mengatakan, jam matahari itu memiliki sejumlah tanda untuk menyesuaikan titik berdiri pengunjung sesuai dengan tinggi badannya.
Baca juga: Jam Matahari di Masjid Agung Surakarta Ini Berusia Ratusan Tahun
Menurut dia, jam matahari hanya dapat menunjukkan waktu matahari sejati.
Maka, untuk menyeragamkan waktunya, perlu koreksi waktu yang disebut perata waktu atau equation of time.
"Waktu sundial merupakan waktu matahari sejati. Jika ingin melihat waktu secara persis, harus melihat petunjuk di sebelah sundial itu," kata Judhistira.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.