Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Tentukan Waktu, Warga Menoreh Masih Pakai Jam Matahari Tradisional

Kompas.com - 11/06/2017, 15:06 WIB
Kontributor Magelang, Ika Fitriana

Penulis

MAGELANG, KOMPAS.com - Di era serba digital saat ini, jam pencet atau bencet masih dipertahankan di Pondok Pesantren (Ponpes) Nurul Falah, Dusun Kamal, Desa Menoreh, Kecamatan Salaman, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah.

Jam tradisional ini menggunakan sinar matahari untuk mengetahui waktu pada siang hari. Bentuk jam ini jauh berbeda dengan jam pada umumnya.

Baca juga: Melihat Jam Matahari Penentu Waktu Shalat di Masjid Bantul

Sekilas hanya berupa kotak besi dengan lengkungan setengah lingkaran di tengahnya. Pada lengkungan tersebut terdapat pandom (jarum jam) dari paku yang menghadap ke arah utara.

Di bawahnya terdapat deretan angka dari 1 - 12 terpahat di atas lempengan logam berwarna kuning emas.

Pengasuh Ponpes Nurul Falah, KH Acmad Nur Shodiq, menjelaskan cara kerja jam ini mengandalkan sinar matahari. Bayangan sinar matahari yang terhalang pandom akan berada di angka yang tertera di lempengan logam.

"Waktu ditunjukkan ketika bayangan pandom menutupi angka tertentu. Misalnya,kalau bayangan ada di angka 12 lebih 5 maka saatnya shalat zuhur. Jam ini hanya bisa dilihat siang (zuhur) dan sore (ashar) karena bergantung sinar matahari," kata Shodiq kepada Kompas.com, belum lama ini.

Menurut Shodiq, waktu yang tepat untuk melihat jam ini adalah pukul 10.00 sampai 13.00 atau 14.00. Dengan catatan matahari tidak tertutup awan alias cerah. Setiap lima hari sekali jam yang terletak di depan masjid bersejarah "Langgar Agung" ini disesuaikan dan dibersihkan.

Karena bergantung dengan matahari, lanjut Shodiq, maka waktu yang ditunjukkan juga tidak sama dengan jam dunia. Waktu terpaut antara 5 - 30 menit lebih cepat dengan Waktu Indonesia Barat (WIB).

"Selisihnya tidak pasti, bisa 5 sampai 30 menit lebih cepat dengan WIB. Kami sebut dengan jam atau Waktu Indonesia Istiwal (WIS). Kami di pondok dan masyarakat sini berpatokan pada waktu ini. Kami juga punya jam dinding yang sudah kami sesuaikan dengan WIS. Walau begitu kami juga tetap pasang jam WIB," paparnya.

Dia menjelaskan, berdasarkan sumber lisan secara turun-temurun, jam matahari ini merupakan peninggalan pahlawan nasional Pangeran Diponegoro saat berjuang melawan penjajah Belanda di pengunungan Menoreh ini.

Jam ini terletak di dekat pagar Masjid "Langgar Agung" depan Ponpes Nurul Falah. Masjid itu sendiri merupakan masjid bersejarah karena pernah menjadi tempat semedi Pangeran Diponegoro saat dicari pasukan penjajah Belanda.

Baca juga: Di Musim Panas, Umat Islam Finlandia Berpuasa 23 Jam Sehari

Selain di Ponpes Nurul Falah Salaman, jam serupa juga masih digunakan di Masjid Agung Kauman, Kota Magelang; Masjid Tegalrejo di Kabupaten Magelang dan Masjid Raya Surakarta.

Menurutnya tidak sembarang orang bisa memasang atau memperbaiki jam tradisional ini. Hanya orang ahli falaq saja yang bisa melakukan itu.

"Tidak boleh sembarang, geser sedikit saja bisa kacau. Jadi harus ahli falaq. Di Magelang hanya ada 1, beliau dari Kecamatan Windusari," tandasnya.

Kompas TV Bola yang dipakai terbuat dari buah kelapa yang direndam dalam minyak tanah dan disulut api hingga membara.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Baca tentang


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com