BANDUNG, KOMPAS.com - Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) memiliki jam matahari atau sundial yang berada di halaman Museum Pendidikan Nasional (Diknas), Kampus UPI Setiabudi, Kota Bandung, Jawa Barat.
Rektor UPI Solehuddin mengatakan, pengadaan jam matahari itu merupakan salah satu kegiatan revitalisasi Museum Diknas, guna meningkatkan daya tarik pembelajaran bagi pengunjung.
"Sundial itu menjadi sumber pembelajaran secara hands on, secara langsung bisa dikunjungi oleh pengunjung dan dicoba," kata Solehuddin di Museum Diknas UPI, Kota Bandung, seperti dikutip dari Antara, Kamis (4/11/2021).
Baca juga: Mengenang Jam Matahari di Masjid Magelang
Menurut dia, jam matahari itu merupakan yang pertama kali ada di lingkungan perguruan tinggi di Indonesia.
Kehadiran jam matahari itu dinilai penting untuk mengingatkan pengetahuan masyarakat tentang sejarah terciptanya penghitungan waktu.
Sementara itu, Kepala Museum Diknas Leli Yulifar mengatakan, waktu merupakan unsur yang tidak pernah lepas dari kehidupan manusia sejak dulu.
Dengan demikian, jam matahari merupakan simbol kehidupan manusia.
Baca juga: Tentukan Waktu, Warga Menoreh Masih Pakai Jam Matahari Tradisional
Menurut dia, jam matahari ini mengandung unsur kearifan lokal dengan menunjukkan istilah-istilah Sunda dalam penamaan waktunya.
Selain itu, jam matahari itu dapat dicoba oleh setiap orang, termasuk para disabilitas.
Pihak Museum sedang mengembangkan jam matahari itu agar bisa dilihat secara digital.
Sebab, jam matahari itu memiliki keterbatasan dengan kondisi cuaca, sehingga tidak bisa dicoba setiap saat.
"Dengan demikian, nanti kalau di sini hujan, pengunjung bisa dibawa ke tim multimedia," kata Leli.
Jam matahari tersebut berbentuk oval dengan penanda jam di sebagian sudutnya.
Jam matahari itu tidak memiliki komponen penunjuk bayangan atau gnomon, karena dirancang supaya bisa melibatkan orang secara langsung untuk memunculkan bayangan.
Astronom perancang jam matahari, Judhistira Aria Utama mengatakan, jam matahari itu memiliki sejumlah tanda untuk menyesuaikan titik berdiri pengunjung sesuai dengan tinggi badannya.
Baca juga: Jam Matahari di Masjid Agung Surakarta Ini Berusia Ratusan Tahun
Menurut dia, jam matahari hanya dapat menunjukkan waktu matahari sejati.
Maka, untuk menyeragamkan waktunya, perlu koreksi waktu yang disebut perata waktu atau equation of time.
"Waktu sundial merupakan waktu matahari sejati. Jika ingin melihat waktu secara persis, harus melihat petunjuk di sebelah sundial itu," kata Judhistira.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.