BANDUNG, KOMPAS.com – YouTube hadir pada tahun 2005. Sejak saat itu, platform ini mulai bertumbuh seiring dengan masyarakat yang aktif membuat konten dan mengunggahnya dalam bentuk video.
Meski pertumbuhannya cukup baik, saat itu belum banyak masyarakat di Indonesia yang ingin menjadi YouTuber.
Namun, ada beberapa orang tetap konsisten untuk menggunakan platform ini. Salah satunya Raditya Dika, YouTuber yang kini memiliki jumlah subscriber mencapai 9,52 juta.
Baca juga: Awalnya Dubing Film India dengan Bahasa Batak, Pengantar Galon Air Sukses Jadi YouTuber
Melihat potensi YouTube yang bisa menghasilkan cuan, lambat laun platform ini mulai diminati, khususnya oleh anak muda.
Baca juga: Kisah Pedagang Cilok Jadi YouTuber, Awalnya Sempat Bongkar Celengan untuk Beli Ponsel Berkamera
Misalnya saja Atta Halilintar, Ria Ricis, hingga artis sekaliber Raffi Ahmad dan Baim Wong pun ikut meramaikan platform ini.
Pengamat media sosial dari Universitas Padjadjaran (Unpad), Dandi Supriadi mengatakan, beberapa nama di atas hanya sebagian kecil YouTuber yang berhasil.
Di antara nama-nama tersebut, banyak publik figure yang sebelumnya sudah dikenal luas.
Hal itu tentu saja dapat membantu mereka mendapatkan subscriber lebih cepat dan banyak seperti yang disyaratkan oleh YouTube jika ingin dimonitisasi.
Dandi menjelaskan, saat ini pengguna YouTube di dunia lebih dari 2 miliar orang. Paling besar di India, Amerika Serikat, dan Indonesia.
“Pengguna YouTube di Indonesia 93 persen dari jumlah pengguna internet di Indonesia yang mencapai lebih dari 202 juta,” ujar Dandi.
Dari jumlah itu, tidak semua menjadi konten kreator atau YouTuber. Jika dilihat dari jumlah channel dengan subscriber di atas 1 juta, hanya ada sekitar 600 saluran.
Untuk meraup cuan dari YouTube, ada YouTuber yang benar-benar mengejar konten.
Pernah ada YouTuber selama 700 hari nonstop membuat konten. Dia bisa mengunggah dua konten dalam sehari. Ada juga yang membuat konten sepekan sekali.
Intinya pembuatan konten harus direncanakan dengan baik dan terus menerus. Hal ini tentunya tidak mudah.
Dandi melihat, ke depan persyaratan yang ditetapkan YouTube semakin sulit, seiring dengan masyarakat yang mengharapkan rupiah dari YouTube.