Keberadaan keduanya bisa dirunut jauh bahkan hingga masa Pra-Islam.
“Kitab Ramayana saja jauh sebelum Islam tiba di Nusantara telah menyinggung tentang wudhuk/uduk,” kata Wira ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/10/2020).
Nasi uduk yang berwarna putih dan berbau harum dianggap sebagai nasi yang suci. Warnanya yang putih dan aroma yang wangi jadi simbol menyerupai bayi yang terlahir kembali.
“Makanya Sunan Kalijaga mengibaratkan wudhuk dengan wudhu (bersuci dalam Islam),” tutur Wira.
Nasi uduk yang berwarna putih dan berbau harum dianggap sebagai nasi yang suci. Warnanya yang putih dan aroma yang wangi jadi simbol menyerupai bayi yang terlahir kembali.
Sementara ayam tukung yang direbus biasanya disajikan utuh di atas nasi suci ulam sari.
Ayam tukung ini juga telah terdapat dalam catatan sejarah Pra-Islam di Jawa. Buku Atlas Walisongo dalam bab Pra-Islam menyebut “agama kapitayan”.
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki tradisi pajang jimat untuk merayakan Maulid Nabi. Tradisi ini dirawat sejak ratusan tahun lalu.
Ada tiga keraton yang merayakan tradisi tersebut yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Kanoman Cirebon, dan Keraton Kacirebonan.
Arak-arakan dimulai sejak berada di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung yang berjarak sekitar 100 meter.
Abdi dalem akan berbaris membawa peralatan upacara lengkap seperti obor, tunggul manik, dan lilin sebagai simbol kelahiran nabi di malam hari.
Baca juga: Tradisi Panjang Jimat, Merawat Kearifan Lokal Cirebon
Ada juga yang membawa manggaran, nadan, dan jantungan yakni simbol yang melambangkan kebesaran dan keagungan yang diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi,
Aa juga yang membawa air merah dan kembang goyang dengan isi boreh yang melambangkan air ketuban sebelum bayi lahir dan ari-ari setelah bayi lahir.
Kelompok lainnya membawa air serbad (air dari gula aren) dalam guci yang melambangkan darah ketika bayi lahir.
Selanjutnya ada pula perlengkapan upacara yang menjadi simbol empat unsur manusia, angin, tanah, api dan air.
Tak lupa, mereka juga membawa piring-piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati yang berisi nasi dan lauk-pauk. Kalau dijumlahkan ada 7 jenis makanan yang menyimbolkan jumlah hari dalam satu minggu.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Slamet Priyatin, Labib Zamani, Syifa Nuri Khairunnisa, Sri Noviyanti | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Aprillia Ika, Silvita Agmasari)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.