Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

7 Tradisi Maulid Nabi di Indonesia, Ada Weh-wehan hingga Masak Nasi Suci Ulam Sari

Kompas.com - 20/10/2021, 07:07 WIB
Rachmawati

Editor

KOMPAS.com - Perayaan Maulid Nabi 2021 jatuh pada tanggal 19 Oktober 2021.

Di Tanah Air ada beberapa tradisi unik yang dilakukan masyarakat untuk merayakan kelahian Nabi Muhammad.

Seperti masyarakat Kendal, Jawa Tengah yang memiliki tradisi weh-wehan atau ketuin atau saling menukar makanan antar tetangga.

Sementara di Pacitan, masyarakat merayakan Maulid Nabu Muhammad SA dengan memasak nasi suci ulam sari.

Dalam satu paket nasi suci ulam sari ini terdapat dua elemen utama yakni nasi uduk dan ayam tukung yang penuh folosofi.

Berikut 7 tradisi merayakan Maulid Nabi di Indonesia:

1. Weh-wehan

Gunungan Sumpil saat diarak oleh warga, Minggu (7/5/2017).Kontributor Kendal, Slamet Priyatin Gunungan Sumpil saat diarak oleh warga, Minggu (7/5/2017).
Warga Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal, Jawa Tengah, punya cara tersendiri untuk merayakan Maulid Nabi.

Mereka melakukan tradisi weh-wehan atau ketuin yaitu saling menukar makanan antartetangga.

Awalnya, weh-wehan hanya dilakukan oleh warga Desa Krajan Kulon dan Desa Kutoharjo, Kaliwungu. Namun belakangan kebiasaan ini meluas ke seluruh kecamatan.

Antropolog Universitas Islam Negeri Walisongo Semarang Ibnu Fikri menjelaskan, tradisi weh-wehan sudah dijalankan masyarakat selama ratusan tahun.

Diawali dari salah satu penyebar agama Islam di Kaliwungu, Kiai Haji Asyari atau Kiai Guru. Kala itu ia memberi makanan kepada masyarakat kampung pesantren sebagai wujud kebahagiaan atas kelahiran Nabi Muhammad.

“Makanan khasnya adalah sumpil, seperti ketupat, tapi kalau sumpil bentuknya segitiga, ukurannya kecil-kecil, dan dibungkus dengan daun bambu. Cara memakannya dengan sambal kelapa,” ujar Fikri.

Baca juga: Weh-wehan, Cara Warga Kendal Peringati Maulid Nabi Muhammad

2. Garebek maulid

Warga berebut gunungan Garebek Maulid di halaman Masjid Agung Surakarta di Solo, Jawa Tengah, Jumat (1/12/2017).KOMPAS.com/Labib Zamani Warga berebut gunungan Garebek Maulid di halaman Masjid Agung Surakarta di Solo, Jawa Tengah, Jumat (1/12/2017).
Di Solo ata tradisi Garebek Maulid yang biasanya digelar dihalaman Masjid Agung Surakarta, Solo, Jawa Tengah.

Masyarakat akat berebut gunungan yang telah disediakan. Ada dua pasang gunungan jaler (laki-laki) dan estri (perempuan) yang diperebutkan warga.

Keluarnya gunungan itu menandai puncak tradisi Sekaten yang diselenggarakan Keraton Kasunanan Surakarta untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad SAW.

Gunungan jaler berisi hasil bumi, seperti kacang panjang, wortel, terong, cabai, telur asin dan klenyem (makan terbuat dari singkong). Sementara gunungan estri berisi intip (makanan yang terbuat dari nasi).

Gunungan itu diarak oleh para abdi dalem, sentana dalem Keraton Surakarta dari Kori Kamandungan menuju halaman Masjid Agung Surakarta.

Mereka melewati rute Kori Kamandungan - jalan Sampit Urang Barat - menuju Masjid Agung Surakarta. Namun saat pandemi, tradisi tersebut ditiadakan karena memicu kerumunan.

Baca juga: Ketika Warga Berebut Berkah Gunungan Garebek Maulid Keraton Surakarta

3. Endog-endogan

Pawai Endog-endogan di wilayah Kelurahan Lateng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (15/1/2014).KOMPAS.COM/IRA RACHMAWATI Pawai Endog-endogan di wilayah Kelurahan Lateng, Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, Rabu (15/1/2014).
Masyarakat Kabupaten Banyuwangi, Jawa Timur, memiliki tradisi khusus untuk menyambut perayaan Maulid Nabi yakni Muludan Endog-endogan.

Sejarawan lokal Banyuwangi Suhailik mengatakan bahwa tradisi endog-endogan ini telah ada sejak akhir abad ke-18.

“Endog-endogan ini masuk setelah Islam masuk ke wilayah Kerajaan Blambangan. Kenapa harus telur? Karena telur merupakan simbol dari sebuah kelahiran,” kata Suhailik kepada Kompas.com, Rabu (15/1/2014).

Telur jadi simbol kelahiran Nabi Muhammad SAW. Uniknya, kembang menjadi simbol pemujaan pada zaman jahiliyah.

Tradisi ini tak hanya dilaksanakan serentak sekali saja pada tanggal 12 Rabiul Awal.

Namun menurut Suhailik, tradisi ini biasanya dilaksanakan bertahap selama satu bulan penuh.

“Hari ini bisa di kampung A, besok di kampung B. Pokoknya selama satu bulan penuh di Banyuwangi akan banyak pawai endog-endogan,” tutur dia.

Baca juga: Mengenal Tradisi Muludan Endog-endogan, Rayakan Maulid Nabi di Banyuwangi

4. Masak kuah Beulangong

Ilustrasi kuah beulangongShutterstock/FREDOGRAPHY.ID Ilustrasi kuah beulangong
Aceh memiliki berbagai jenis kuliner khas yang muncul di perayaan Maulid Nabi Muhammad SAW.

Salah satu yang paling khas dan jadi bagian tak terpisahkan dari pesta maulid di Aceh adalah kuah beulangong.

Kuah beulangong adalah makanan khas Aceh berupa kuah merah sejenis gulai yang menggunakan daging sapi atau kambing dan nangka muda.

Makanan ini disebut kuah beulangong karena proses memasaknya menggunakan belanga atau kuali besar yang dalam bahasa Aceh disebut beulangong.

Tak hanya saat Maulid Nabi, sajiak ini juga muncul saat para petanu mengadakan kenduri saat panen.

Baca juga: Asal-usul Kuah Beulangong Khas Aceh, Dimasak Saat Perayaan Maulid Nabi Muhammad

5. Ampyang Maulid

Kirab dengan memikul buah-buahan dan hasil bumi menjadi daya tarik tradisi ampyang Maulid yang diadakan warga di halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan lalu. Ampyang Maulid merupakan tradisi warga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW. KOMPAS/WINARTO HERUSANSONO Kirab dengan memikul buah-buahan dan hasil bumi menjadi daya tarik tradisi ampyang Maulid yang diadakan warga di halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah, pekan lalu. Ampyang Maulid merupakan tradisi warga untuk memperingati kelahiran Nabi Muhammad SAW.
Ampyang Maulid adalah salah satu tradisi perayaan Maulid Nabi yang setiap tahunnya dilakukan oleh masyarakat Desa Loram Kulon dan Desa Loram Wetan, Kecamatan Jati, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

Masyarakat akan mengarak tandu berisikan nasi kepel yang dibungkus daun jati.

Selain tandu berisi nasi, ada pula gunungan yang berisikan buah-buahan dan hasil sayuran lainnya.

Nasi bungkus dalam ampyang berisi nasi lengkap dengan kerupuk dan sayur yang dibungkus daun jati.

Setelah jadi dan ditata dalam gunungan, ampyang kemudian diarak dalam tradisi kirab dan didoakan oleh tokoh pemuka dan sesepuh agama Islam di Loram Kulon. Setelahnya, barulah ampyang dibagikan pada warga.

Tradisi pembagian ampyang ini jadi puncak acara setelah kirab berakhir. Tradisi kirab Ampyang Maulid dipusatkan di halaman Masjid Wali At-Taqwa, Desa Loram Kulon yang berjarak sekitar tiga kilometer sebelah selatan kota Kudus.

Baca juga: Ampyang Maulid, Simbol Introspeksi Diri di Perayaan Maulid Nabi

6. Nasi suci ulam sari

Ilustrasi nasi uduk, nasi suci ulam sariShutterstock/Ariyani Tedjo Ilustrasi nasi uduk, nasi suci ulam sari
Warga Pacitan, Jawa Timur punya kuliner khas untuk merayakan Maulid Nabi Muhammad SAW yakni nasi suci ulam sari.

Menurut Traveling Chef Wira Hardiyansyah, dalam satu paket nasi suci ulam sari ini terdapat dua elemen utama yakni nasi uduk dan ayam tukung.

Keberadaan keduanya bisa dirunut jauh bahkan hingga masa Pra-Islam.

“Kitab Ramayana saja jauh sebelum Islam tiba di Nusantara telah menyinggung tentang wudhuk/uduk,” kata Wira ketika dihubungi Kompas.com, Rabu (28/10/2020).

Nasi uduk yang berwarna putih dan berbau harum dianggap sebagai nasi yang suci. Warnanya yang putih dan aroma yang wangi jadi simbol menyerupai bayi yang terlahir kembali.

“Makanya Sunan Kalijaga mengibaratkan wudhuk dengan wudhu (bersuci dalam Islam),” tutur Wira.

Nasi uduk yang berwarna putih dan berbau harum dianggap sebagai nasi yang suci. Warnanya yang putih dan aroma yang wangi jadi simbol menyerupai bayi yang terlahir kembali.

Sementara ayam tukung yang direbus biasanya disajikan utuh di atas nasi suci ulam sari.

Ayam tukung ini juga telah terdapat dalam catatan sejarah Pra-Islam di Jawa. Buku Atlas Walisongo dalam bab Pra-Islam menyebut “agama kapitayan”.

7. Panjang jimat

Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, difoto dari udara, Rabu (2/7/2014). Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1452 oleh Pangeran Cakrabuana. KOMPAS.com/KRISTIANTO PURNOMO-FIKRIA HIDAYA Keraton Kasepuhan Cirebon, Jawa Barat, difoto dari udara, Rabu (2/7/2014). Keraton Kasepuhan didirikan pada tahun 1452 oleh Pangeran Cakrabuana.
Keraton Kasepuhan Cirebon memiliki tradisi pajang jimat untuk merayakan Maulid Nabi. Tradisi ini dirawat sejak ratusan tahun lalu.

Ada tiga keraton yang merayakan tradisi tersebut yakni Keraton Kasepuhan Cirebon, Keraton Kanoman Cirebon, dan Keraton Kacirebonan.

Arak-arakan dimulai sejak berada di Bangsal Prabayaksa Keraton Kasepuhan menuju Langgar Agung yang berjarak sekitar 100 meter.

Abdi dalem akan berbaris membawa peralatan upacara lengkap seperti obor, tunggul manik, dan lilin sebagai simbol kelahiran nabi di malam hari.

Baca juga: Tradisi Panjang Jimat, Merawat Kearifan Lokal Cirebon

Ada juga yang membawa manggaran, nadan, dan jantungan yakni simbol yang melambangkan kebesaran dan keagungan yang diiringi dengan pembacaan shalawat Nabi,

Aa juga yang membawa air merah dan kembang goyang dengan isi boreh yang melambangkan air ketuban sebelum bayi lahir dan ari-ari setelah bayi lahir.

Kelompok lainnya membawa air serbad (air dari gula aren) dalam guci yang melambangkan darah ketika bayi lahir.

Selanjutnya ada pula perlengkapan upacara yang menjadi simbol empat unsur manusia, angin, tanah, api dan air.

Tak lupa, mereka juga membawa piring-piring pusaka peninggalan Sunan Gunung Jati yang berisi nasi dan lauk-pauk. Kalau dijumlahkan ada 7 jenis makanan yang menyimbolkan jumlah hari dalam satu minggu.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Slamet Priyatin, Labib Zamani, Syifa Nuri Khairunnisa, Sri Noviyanti | Editor : Teuku Muhammad Valdy Arief, Aprillia Ika, Silvita Agmasari)

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Tim SAR Gabungan Cari 1 Korban Tertimbun Longsor di Buntao Toraja Utara

Regional
Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Pj Gubernur Sumsel: Perempuan Pilar Utama dalam Membangun Keluarga dan Negara

Regional
Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Bangun Sarang Burung Walet di Belakang Gedung, Kantor Desa di Pulau Sebatik Ini Dapat Kas Rp 2 juta Sekali Panen

Regional
Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Juru Parkir Hotel di Purwokerto Tewas Ditembak Pengunjung

Regional
WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

WNA yang Aniaya Sopir Taksi di Bali Tertangkap Saat Hendak Kabur ke Australia

Regional
25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting

25 Ruko di Pasar Bodok Kalbar Terbakar, Diduga akibat Korsleting

Regional
Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Prakiraan Cuaca Semarang Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Malam Ini Berawan

Regional
Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Seorang Nenek Jatuh dan Diseret Jambret di Pekanbaru, 2 Pelaku Ditangkap

Regional
Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Kronologi Operator Ekskavator di Tanah Datar Terseret Lahar Dingin Saat Bekerja

Regional
Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Viral, Video Pedagang Duku Dipalak dan Tas Dirampas Preman di Lampung Tengah

Regional
Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Marinir Gadungan Tipu Mahasiswi di Lampung, Korban Diajak Menikah hingga Rugi Rp 2,8 Juta

Regional
Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Batam Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Siang ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Morowali Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Prakiraan Cuaca Balikpapan Hari Ini Sabtu 27 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Hujan Ringan

Regional
Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Buntut Pencemaran Laut, DKP Jateng Pastikan Tambak Udang di Karimunjawa Ditutup Tahun Ini

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com