Setiap hari, Suroto mengayuh becak di Salatiga, tapi dia pulang ke rumahnya di Winong, Boyolali.
"Bapak aslinya orang Ngemplak, Salatiga, sejak 2001 pindah ke Boyolali. Setiap berangkat kerja naik bus dari Boyolali ke Salatiga," kata Sri.
Sri mengatakan, meski uang hasil kerja suaminya hilang, dia mengaku telah mengikhlaskan.
"Kalau kecewa ya kecewa, karena Bapak mengumpulkan uang dari sedikit, sekitar Rp 10.000 tiap hari. Bapak pulangnya juga tidak tentu, bisa seminggu sekali agar menghemat pengeluaran transportasi," kata dia.
Baca juga: Sejarah Becak Pertama di Yogyakarta, dari Antar Beras hingga Candu
Menurut Sri, suaminya sudah puluhan tahun bekerja sebagai tukang becak.
"Ya Bapak memang sejak rumah di Salatiga sudah menjadi tukang becak meski kaki kirinya ada sakit cacat dari bayi," kata Sri.
Menurut Sri, keluarganya ikhlas menerima kejadian tersebut, karena menilai orang yang mengambil uang suaminya lebih membutuhkan.
"Meski keadaan kami sulit, tapi yang mengambil uang tersebut tentu lebih butuh dari kami, kami ikhlas," ucap Sri.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.