Faktor terjadinya anomali curah hujan ini menurut Wandayantolis, juga dikarenakan siklus Madden-Julian Oscillation (MJO) pada kuadran 5 yang biasanya menekan sistem konvektif di wilayah Sumatera dan adanya siklon tropis di utara yang menyedot uap air.
Kehilangan curah hujan tentunya mengurangi kadar kelembapan udara.
Dampaknya, radiasi matahari yang datang akan lebih banyak yang sampai ke permukaan bumi karena berkurangnya uap air yang biasanya dapat menyerap panas.
Berdasarkan data model Itacs, kenaikan suhu udara yang dirasakan selama Oktober 2021 ini berkisar 0,5-1 derajat Celcius.
"Berkurangnya kelembapan udara juga membawa efek pada rasa nyaman kita, di mana kita akan merasa gerah dan udara terasa pengap" jelasnya.
Ia pun mengimbau kepada masyarakat untuk lebih menjaga kesehatan tubuh saat cuaca yang dirasa lebih panas.
Sebab, suhu kelembaban yang rendah dapat menyebabkan dehidrasi.
"Ini dapat dicegah dengan banyak mengkonsumsi air putih yang lebih banyak dari biasanya," jelasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.