“Pak Presiden, pak Kapolri, dan pak Kapolda, tolong, kami masyarakat adat mesti dilindungi juga bukan malah diperlakukan tidak manusiawsi seperti yang terjadi di sini,” ujarnya.
Sementara itu, Kapolres Nagekeo, AKBP Agustinus Hendrik Fai saat dikonfirmasi oleh Kompas.com membantah kejadian itu.
Dia menampik adanya aksi aparat memborgol seorang ibu di Dusun Molopama, Desa Rendu Butowe tersebut.
"Tidak ada itu di lapangan," tegas Agustinus saat dikonfirmasi Kompas.com melalui pesan singkat, Selasa siang.
Baca juga: Buntut Penolakan Waduk Lambo, Masyarakat Adat Menutup Kantor Desa
Sementara itu Wakil Ketua Forum Penolakan Pembangunan Waduk Lambo, Wilibrodus Ou, mengutuk keras aksi aparat keamanan terhadap masyarakat adat tersebut.
Wilybrodus menyebutkan, aparat dikirim ke lapangan bukan untuk melakukan kekerasan terhadap masyarakat adat yang sedang mempertahankan hak-hak konstitusinya.
“Masyarakat adat itu bukan residivis, tetapi mereka memperjuang hak atas tanah. Mereka harus dilindungi, bukan malah dikriminalisasi,” ujarnya.
“Tidak ada musuh di sini. Jadi tidak perlu bawa aparat bersenjata lengkap. Jadinya kehadiran mereka bukan untuk melindungi, tetapi menakut-nakuti masyarakat adat,” lanjutnya.
Baca juga: Masyarakat Adat Bersitegang dengan Petugas dan Aparat di Lokasi Pembangunan Waduk Lambo
Ia pun meminta Kapolda NTT segera menarik aparat keamanan dari tanah Rendu Butowe tersebut, karena ia menganggap tidak ada situasi darurat yang menganggu keamanan dan ketertiban di wilayah itu.
“Aparat Brimob yang datang ini cenderung anarkis dan brutal kepada masyarakat adat. Kami minta Polda NTT tarik mereka ini. Kami ingin hidup tenang di atas tanah warisan leluhur,” pungkasnya.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Nansianus Taris | Editor : Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.