Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

"Mau Buat Tembok Pagar sampai ke Langit Silakan, tapi Jangan di Atas Jalan Masyarakat"

Kompas.com - 27/09/2021, 06:00 WIB
Idon Tanjung,
Pythag Kurniati

Tim Redaksi

 

Keluhkan sampah hingga limbah

Sementara itu, Suryati (62), salah seorang warga setempat, mengeluhkan bau limbah rumah sakit ibu dan anak itu.

Rumah Suryati berjarak sekitar dua meter dari sebelah kanan rumah sakit dan berbatasan dengan pagar tembok.

"Yang saya keluhkan itu, sampah sering dilempar ke pekarangan rumah saya dari lantai tiga rumah sakit. Ada pampers, botol minuman, dan lainnya. Jadi, ya terpaksa saya bersihkan sendiri," ucap Suryati saat diwawancarai Kompas.com, Minggu.

Selain itu, Suryati mengaku kerap mencium bau amis dan busuk dari rumah sakit itu.

"Kalau mereka membersihkan darah habis operasi, itu baunya amis dan busuk. Karena air bekas cuci darah itu mengalir ke arah belakang rumah saya. Kadang ada juga sesekali bau obat busuk," papar dia.

Menurut Suryati, dia telah menyampaikan uneg-unegnya pada pengelola rumah sakit.

"Keluhan sudah saya sampai ke mereka (pihak rumah sakit), tapi tak ditanggapi. Mereka malah suruh jangan buka pintu yang menghadap rumah sakit," kata Suryati.

Baca juga: Pekanbaru PPKM Level 2, Ini Aturan Baru untuk Bioskop

Klarifikasi rumah sakit

Andri Setiawan, selaku direktur rumah sakit ibu dan anak tersebut, memberikan klarifikasi tudingan warga saat dikonfirmasi Kompas.com melalui sambungan telepon, Minggu.

Ia mengatakan, warga yang melakukan aksi protes pembangunan tembok pagar itu hanya sekelompok pemuda.

"Saya klarifikasi sebenarnya bukan warga, ya tapi beberapa pemuda. Mereka mungkin kurang senang dengan pembangunan pagar rumah sakit yang menganggap memakan badan jalan desa," ucap Andri.

Menurutnya, persoalan ini sudah lama terjadi. Pembangunan pagar tembok itu berada di tanah rumah sakit berdasarkan sertifikat.

Bahkan, Andri mengeklaim, pihaknya yang menghibahkan tanah untuk pelebaran jalan desa sekitar satu meter.

"Bukan kita mengambil, justru rumah sakit yang mendonasikan tanah untuk jalan. Bahkan, kami menemukan lagi bukti yang lebih kuat (sertifikat) tahun 1988. Dari penjual tanah ini dulu luasnya 25 meter dan kita beli tahun 2005," kata Andri.

"Si penjual bilang satu meter tanah didonasikan untuk jalan desa, jadi dijual 24 meter. Jadi dokumen di kami itu 24 meter. Tapi, kami memagarnya hanya sekitar 23 meter," lanjut dia.

Baca juga: Pekanbaru PPKM Level 2, Mal Diizinkan Beroperasi hingga Pukul 9 Malam

Kemudian, terkait keluhan warga bau limbah, Andri menyebut tuduhan itu adalah fitnah.

Menurutnya, ada pihak yang memfitnah agar rumah sakit ditutup dan bangkrut.

"Yang benar itu, dinas DLH (Dinas Lingkungan Hidup) sudah memeriksa limbah rumah sakit. Yang pertama, rumah sakit punya izin pengelolaan limbah, terus pembuangannya kita bekerja sama dengan pihak ketiga. Tidak ada bau sebenarnya. Karena setelah dicek pihak DLH, ternyata septic tank warga ada dua dan meluber ke mana-mana. Jadi, bisa disimpulkan baunya dari mana," ujar Andri.

Ia menambahkan, dua pekan yang lalu DLH menyatakan bahwa rumah sakit ibu dan anak tersebut tidak melakukan pelanggaran seperti yang dituduhkan warga.

"Yang jelas izin dan limbah rumah sakit, kita ikuti aturan dari pemerintah, dan kami tidak ingin mencari masalah dengan masyarakat. Justru dengan rumah sakit ini kita ingin menolong masyarakat," kata Andri.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:


Terkini Lainnya

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Cerita Pilu Kasus Adik Aniaya Kakak di Klaten, Ibu yang Sakit Stroke Tak Tahu Anaknya Tewas

Regional
Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Tolak Kenaikan UKT, Ratusan Mahasiswa Unsoed Geruduk Rektorat

Regional
Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Tanggapan RSUD Ulin Banjarmasin Usai Dilaporkan atas Kasus Malapraktik

Regional
Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Soal Iuran Dana Pariwisata di Tiket Pesawat, Sandiaga Uno: Tak Akan Ada Tindak Lanjut

Regional
Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Perjuangan Reni Obati Putrinya Positif DBD hingga Meninggal Dunia, Panas Tinggi Capai 45 Derajat

Regional
Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Kronologi Terbakarnya 4 Kapal Ikan di Cilacap, 1 ABK Tewas

Regional
3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi 'Online' di Warung Kopi

3 Pemuda Ditangkap Polisi Saat Asyik Main Judi "Online" di Warung Kopi

Regional
Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Kronologi Suami di Demak Ajak Adik Bunuh Pria yang Lecehkan Istrinya

Regional
Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Aceh Utara Terima 562 Formasi ASN pada 2024

Regional
Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Jalan Raya di Bandung Barat Tertimbun Longsor, Lalu Lintas Bandung-Purwakarta Tersendat

Regional
Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Prakiraan Cuaca Manado Hari Ini Jumat 26 April 2024, dan Besok : Tengah Malam ini Cerah Berawan

Regional
7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

7.945 Calon Mahasiswa Ikuti UTBK di Untidar Magelang, Berikut 8 Lokasi Tesnya

Regional
Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Sandiaga Uno Enggan Berandai-andai Masuk Kabinet Prabowo-Gibran

Regional
1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

1.000-an Jumantik untuk Berantas Sarang dan Jentik Nyamuk di Babel

Regional
Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Calon Independen Pilkada Lhokseumawe Harus Miliki 5.883 Dukungan KTP

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com