Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Ari Junaedi
Akademisi dan konsultan komunikasi

Doktor komunikasi politik & Direktur Lembaga Kajian Politik Nusakom Pratama.

Pemakaman, Tanah Kuburan, hingga Masjid Pun Dikorupsi

Kompas.com - 09/09/2021, 13:37 WIB
Anda bisa menjadi kolumnis !
Kriteria (salah satu): akademisi, pekerja profesional atau praktisi di bidangnya, pengamat atau pemerhati isu-isu strategis, ahli/pakar di bidang tertentu, budayawan/seniman, aktivis organisasi nonpemerintah, tokoh masyarakat, pekerja di institusi pemerintah maupun swasta, mahasiswa S2 dan S3. Cara daftar baca di sini

Alex Noerdin disebut menerima aliran dana Rp 2,343 miliar dan Rp 300 juta untuk operasional helikopter saat menjabat sebagai orang nomor satu di Sumatera Selatan.

Padahal, masjid yang dibangun di atas lahan seluas 20 hektar itu menggunakan dana Anggaran Pendapan dan Belanja Daerah (APBD). Total dana yang telah dikeluarkan sebesar Rp 130 miliar. Hasilnya, mangkrak (Kompas.com, 29 Juli 2021).

Baca juga: Alex Noerdin dan Jimly Asshiddiqie Diperiksa soal Pembangunan Masjid Sriwijaya

Kejanggalan lain yang terungkap dari persidangan para tersangka kasus pembangunan masjid ini terang benderang. Misalnya, proposal pembangunan masjid baru dibuat di 2015 sementara proposal pengajuan pembangunan masjid sudah dimasukkan di anggaran tahun 2014 sebelum dicairkan pada tahun 2015 (Kompas.com, 7 September 2021).

Sementara salah satu tersangka lain, mantan Pelaksana Tugas Kepala Biro Kesejahteraan Pemerintahan Provinsi Sumatera Selatan Ahmad Nasuhi “mendadak” hilang ingatan setelah menjalani operasi otak di Singapura.

Semula Ahmad mengeluh adanya penyumbatan cairan di bagian otaknya. Padahal, dari Ahmad Nasuhi inilah kasus pembangunan masjid bisa diurai dan dijabarkan dengan keterkaitan para pihak (Kompas.com, 20 Agustus 2021).

Baca juga: Tersangka Korupsi Masjid Sriwijaya Disebut Hilang Ingatan Usai Operasi, Kuasa Hukum: Kabar Itu Salah

Dengan melihat jalannya persidangan dan lambatnya penangangan kasus, sepertinya sulit berharap aktor-aktor yang terilbat dalam penggarongan uang negara ini akan terungkap.

Mengikuti kisah korupsi pembangunan masjid ini saya teringat lagu ciptaan Robby Satria yang dinyanyikan Geisha, "Lumpuhkan Ingatanku". Lirik lagu ini terasa begitu sesuai. Izinkan saya sedikit memodifikasi liriknya. 

Lumpuhkanlah ingatanku
Hapuskan tentang kasus
Hapuskan memoriku tentang korupsi

Dari kasus penilapan dana insentif penggali kubur di Malang, mark up lahan pekuburan di OKU serta kongkalingkong pembangunan Masjid Sriwijaya, kita bisa memaknai betapa bahaya korupsi sudah memasuki spektrum yang sangat luar biasa.

Para pelaku sudah tidak punya rasa malu ketika honor insentif penggali kubur diembat, lahan kuburan dipermainkan, dan pembangunan masjid diakali. Cara, modus, dan keberanian korupsi sungguh di luar nalar.

Korupsi di negeri ini begitu sistemik dan kronis. Pelakunya tidak hanya individu, tapi juga melibatkan lembaga sehingga sulit pembuktiannya.

Ibarat kanker, sudah stadium empat. Sulit disembuhkan, baik secara medis maupun pengobatan alternatif. 

Slogan "katakan tidak pada korupsi" harus menjadi tekad yang nyata. Katakan tidak pada korupsi walau kesempatan itu ada di depan mata. 

 
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Halaman:
Video rekomendasi
Video lainnya


Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com