KUPANG, KOMPAS.com - Sebuah video seorang mahasiswa menjalani wisuda secara daring dengan penuh perjuangan mencari sinyal, viral di media sosial.
Mahasiswa itu diketahui bernama Imel Hauteas, warga Desa Oni, Kecamatan Kualin, Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS).
Dia merupakan mahasiswa Universitas Nusa Cendana (Undana) Kupang, yang mengikuti wisuda pada 1 September 2021 lalu.
Baca juga: Cerita Sairun Rayakan Wisuda di Jalanan, Berbagi Makanan kepada PKL hingga Tukang Becak
Mahasiswa Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan tersebut, menjalani wisuda secara daring di kampung halamannya, yang berada di pedalaman Pulau Timor.
Dalam video itu, terlihat sejumlah pemuda dan kerabat Imel, mengambil sebatang bambu, lalu ujungnya diikat tali dan sebuah kantong kresek berwarna biru.
Ponsel milik Imel kemudian diisi di dalam kantong tersebut. Mereka merancangnya seperti tiang bendera.
Dua batang bambu yang disambungkan itu panjangnya kurang lebih delapan meter, sehingga lebih tinggi dari rumah mereka.
Bambu itu kemudian dipegang sejumlah orang di depan rumah. Fitur layanan internet serta hotspot pada ponselnya pun telah diaktifkan.
Upaya Imel bersama keluarga akhirnya berhasil.
Laptop yang dipakainya untuk mengikuti prosesi wisuda menangkap jaringan internet dari ponsel yang diikatkan ke ujung bambu.
Walaupun sempat beberapa kali terputus, namun Imel dan kedua orang tuanya bisa mengikuti wisuda secara daring.
Baca juga: Datang Bertamu, Oknum Anggota DPRD TTS Remas Payudara Ibu Rumah Tangga
Salah seorang kerabat dekat Imel, Yon Hauteas, yang mengambil video tersebut mengaku, Imel nyaris gagal mengikuti prosesi wisuda lantaran gangguan jaringan internet di desanya.
"Kalau ingin terhubung dengan internet, kami bersama masyarakat lainnya harus mencari tempat yang lebih tinggi," ujar Yon, kepada sejumlah wartawan, Senin (6/9/2021).
Dia menuturkan, awalnya Imel ingin mengikuti wisuda secara daring di Kota Kupang.
Tetapi, karena ingin kedua orangtuanya mendampingi saat prosesi wisuda, Imel lantas memilih tetap bertahan di kampung walaupun terkendala jaringan internet.
"Kedua orangtuanya tidak bisa diajak mengikuti wisuda online di Kupang, karena sudah renta dan sering sakit-sakitan, sehingga Imel memilih wisuda di rumahnya," ungkap Yon.
Baca juga: Tak Ada Sinyal Telepon dan Internet di Kampung Skouw Mosso Kota Jayapura Papua
Yon mengaku, ide menggantung ponsel di ujung tiang bambu mengikuti pengalaman mereka saat masa anak-anak.
"Kalau dulu, para orangtua yang ingin mendengar siaran radio, mereka harus menyambung kabel pada tutupan periuk lalu diikat pada ujung tiang atau pohon. Pengalaman itu yang membuat kami meniru dan mencari kayu yang tinggi untuk gantung ponsel ini," kata dia.
Upaya ini lanjut Yon, akhirnya berhasil, meski sinyal kerap tersendat. Nama Imel pun disebut oleh pembawa acara dalam wisuda daring tersebut.
Dia pun berharap kejadian ini bisa menggugah para pemangku kebijakan maupun pihak terkait, untuk menambah BTS di setiap desa.
"Kita berharap, pemerintah bisa membangun BTS di daerah terpencil, sehingga masyarakat juga bisa menikmati jaringan yang bagus," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.