AMBON, KOMPAS.com - Momen wisuda bagi para mahasiswa selalu menjadi hari yang sangat dinanti.
Para mahasiswa yang baru menjadi sarjana kerap merayakan momen itu bersama keluarga dan teman-teman secara meriah.
Bagi mereka yang merayakan acara syukuran, sudah barang tentu keluarganya akan menyajikan berbagai aneka makanan dan minuman untuk para undangan yang datang memberi selamat.
Biasanya saat acara syukuran tiba, para kerabat, tetangga hingga pejabat kampus yang diundang tidak hanya datang untuk memberi ucapan selamat tetapi juga ikut merayakan hari bahagia tersebut.
Selain di rumah, kafe juga kerap menjadi pilihan favorit sejumlah wisudawan dan wisudawati untuk menggelar pesta syukuran saat wisuda. Kesan meriah saat acara wisuda itu pun telah menjadi hal yang lumrah.
Namun, kesan mewah itu tidak terlihat saat seorang mahasiswa Fakultas Suhuludin Dakwah IAIN Ambon bernama Moh Tete Sairun merayakan wisuda bersama teman-temannya secara online.
Sama seperti kebanyakan mahasiswa lainnya yang merayakan acara syukuran, Sairun juga melakukan hal yang sama.
Bedanya, ia tidak membuat pesta syukuran di rumah atau kafe. Ia membagikan makanan kepada pedagang asongan, tukang ojek, pengayuh becak, dan buruh di pasar.
Baca juga: Perjuangan Bripka Anom Layani 90 Pasien Isoman di Jayapura, Rajin Sosialisasi meski Kadang Diejek
Sairun mengaku, mengikuti acara wisuda online pada Kamis (5/8/2021) pagi. Siangnya, ia bersama sejumlah temannya bergegas ke kawasan Pasar Batu Merah dan Pasar Mardika Ambon.
“Setelah mengikuti wisuda via online saya dan beberapa teman langsung ke rumah salah kerabat saya untuk mengambil makanan yang kami masak di situ,” kata Sairun kepada Kompas.com, Jumat (6/8/2021).
Makanan yang telah dibungkus itu lalu dibawa dengan angkot ke Desa Batu Merah. Mereka lalu membawa makanan itu ke pedagang asongan, tukang ojek, dan buruh, menggunakan becak.
“Itu makanan kita masak sendiri. Rencananya kita bagi 1.000 bungkus tapi kemarin kita baru bagi 250 bungkus, nanti kita bagi lagi,” katanya.
Sebagai mahasiswa perantau yang menimba ilmu di Kota Ambon, Sairun mengaku bersyukur karena teman-temannya ikut membantunya menyumbang sejumlah uang untuk membeli kebutuhan di pasar.
“Kita patungan, teman-teman juga membantu saya lalu kita beli bahannya, ya sekitar Rp 2 juta lebih,” ujarnya.