Menurutnya, lokasi ini berhubungan dengan peninggalan dari agama Buddha pada masa kerajaan Mataram kuno.
"Kalau dari bentuknya hampir sama dengan dataran Prambanan semua dari abad 8 sampai 10 secara keilmuan," ungkap Hari.
Saat ini, kata dia, kondisinya sudah susah dikenali. Bahkan, ada beberapa batu yang sudah berpindah tempat dan digunakan untuk talud.
"Kemungkinan dahulu ini runtuh terus sebagian materialnya digunakan untuk pembatas talud. Tadi saya lihat batu-batu kotak dari sini, sampai berada jauh di bawah sana," ucapnya.
Diungkapkan Hari, dari pengukuran yang dilakukan, di bagian dasar berukuran 7 meter. Dari diamater dasar, kemungkinan untuk tingginya juga sekitar 7 meter.
"Tipe stupa tunggal itu ada banyak kemungkinan pemafsiranya, bisa sebagai patok, sebagai simbul kekuasan waktu era Mataram kuno dulu, karena terletak di tinggi bisa juga sebagai bangunan pendarmaan," bebernya.
Sementara itu, Kepala Balai Pelestarian Cagar Budaya (BPCB) DI Yogyakarta Zaimul Azzah mengaku sudah datang ke lokasi.
"Beberapa waktu yang lalu sudah ditinjau teman-teman BPCB. Iya yang di Mintorogo," ujarnya.
Dari hasil peninjuan BPCB DI Yogyakarta di lokasi, struktur batuan di Bukit diduga Mintorogo dahulu adalah stupa candi.
Dugaan tersebut dari komponen-komponen stupa yang ada di lokasi.
Namun, dugaan stupa ini masih perlu penelitian untuk memastikannya.
"Dugaan awal sebagai stupa. Keliatannya kan masih ada komponen-komponen stupa, mungkin memang ini perlu penelitian lebih lanjut tapi dugaan awal itu stupa," ungkapnya.
Zaimul menambahkan, bangunan yang diduga stupa tersebut dibangun pada abad Ke-9.
"Kalau perkiraan tahun kita melihat sebaran yang ada di Prambanan yang punya bangunan-bangunan senada itu ya kira-kira abad 9 lah. Kan di daerah sana juga ada beberapa stupa," pungkasnya.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.