KOMPAS.com - Nur Rohim (44), salah satu juru kunci Malam Presiden Soekarno (Bung Karni) lumpuh setelah menerima suntikan dosis kedua vaksin Covid-19 jenis Sinovac.
Rohim menerima suntikan dosis pertama pada 11 Maret 2021 dan dosis kedua pada 16 Maret 2021.
Lima bulan berlalu, kondisi Nur Rohim tak berubah. Ia hanya tergolek lemah di tempat tidur rumahnya di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.
Tubuhnya kurus dengan tulang yang terlihat menonjol. Lidahnya kelu dan tak mampu lagi berbicara.
Saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (26/8/2021) setidaknya tiga kali Rohim menyeka air matanya.
"Sudah lima bulan saya tidak ke makam Bung Karno," kata Rohim.
Sebagai juru kunci, Rohim biasanya memimpin doa para peziarah di pusara Proklamator Kemerdekaan itu.
Baca juga: Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh Usai Divaksin, Pengayuh Becak Tak Hadiri Undangan Vaksinasi
Mendengar keluhan suaminya, sang istri, Munifatul Khotimah menasihatinya dan meminta tak perlu memikirkan pekerjaannya.
"Apakah pemerintah tidak bisa tanggung jawab?" lanjut Nur Rohim sembari menolehkan wajah kepada Kompas.com.
Ia bercerita sudah dua kali menjalani perawatan di RSUD Mardhi Waluyo Blitar pada April 2021. Saat itu Rohim sama sekali tak bisa menggerakkan kaki dan tangannya.
Baca juga: Tim Medis Telusuri Kaitan Kelumpuhan Juru Kunci Makam Bung Karno dengan Vaksin Covid-19
Gejala yang dialami Rohim semakin parah. Ia mulai merasakan nyeri dan kaku di persendian dan otot.
Dinas Kesehatan Kota Blitar yang mengetahui kejadian tersebut mendorong Rohim untuk memeriksakan diri ke RSUD Mardhi Waluyo. Karena kemungkinan kasus KIPI pada Rohim.
Menurut Khotimah, suaminya didiagnosis sakit ALS.
Baca juga: 9 Hari Setelah Disuntik Vaksin Covid-19, Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh, Begini Gejalanya...
"Diagnosis rumah sakit waktu itu, katanya suami saya terserang penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit saraf," kata Khotimah.
Namun ia mempertanyakan diagnosis tersebut karena sejumlah gejala yang dialami suaminya tidak sinkron dengan gejala ALS pada umumnya.
Dia mencontohkan, suaminya tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan mengunyah dan menelan makanan.
Namun sejak sebulan terakhir, suaminya sudah ada kemajuan seperti mulai menggerakkan lengan serta jarinya.
"Dan Alhamdulillah sejak sebulan lalu sudah mulai ada kemajuan terutama pikiran dan ingatannya sudah pulih," ujarnya.
Baca juga: Soal Warga Lumpuh Setelah Vaksinasi, Ini Penjelasan Dinkes Cianjur
Setelah konsumsi ramuan herbal tersebut, kondisi suaminya membaik.
"Yang paling menggembirakan itu pulihnya pikiran dan ingatan. Sebelumnya seperti orang hilang ingatan. Namanya sendiri saja tidak ingat," ujar Khotimah.
Setiap dua pekan sekali, Khotimah membeli satu paket ramuan herbal berbentuk serbuk dalam dua amplop kertas seharga Rp 2,4 juta. Jadi dalam sebulan dibutuhkan Rp 4,8 juta.
Baca juga: Solihin Lumpuh dan Tumbuh Benjolan Sebesar Bola Kasti Usai Divaksin, Ini Kata Satgas
Suaminya juga menjalani terapi kejut listrik dan pijat saraf sebanyak sebulan sekali dengan biaya beberapa ratus ribu setiap kunjungan.
Ditambah kateter urin dan lain-lain, Khotimah harus mengeluarkan lebih dari Rp 5 juta untuk pengobatan suaminya.
Untuk memenuhi kebutuhan pengobatan suami, Khotimah bahkan harus menjual sepeda motor dan kini menawarkan mobil tua mereka.
"Bulan lalu saya jual sepeda motor untuk menambah biaya suami. Ini saya mulai tawarkan mobil tua kami," ujarnya menunjuk pada sebuah sedan merek Timor warna silver di samping rumahnya.
Baca juga: Seorang Mahasiswi Tiba-tiba Lumpuh, Bupati Aceh Barat: Bukan akibat Vaksinasi
Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Blitar, Didik Jumianto.
"Saya lupa kapan (diputuskan) tapi memang kasus KIPI," ujar Didik kepada Kompas.com, Rabu (25/8/2021).
Namun ia buru-buru mengatakan jika sebagai kasus KIPI bukan berarti membenarkan bahwa suntikan vaksin Covid-19 dengan Sinovac yang menyebabkan kelumpuhan pada Nur Rohim.
Baca juga: Mahasiswi yang Lumpuh Setelah Vaksinasi Diduga akibat Psikosomatis
Ia menjelaskan bahwa sudah ada potensi serangan ALS pada Nur Rohim. Serangan tersebut diduga terjadi sebelum menjalani vaksinasi.
Didik mengatakan, Rohim memiliki gen yang diturunkan dari orangtua dan neneknya yang juga mengalami serangan ALS.
Saat ada "benda asing" berupa vaksin masuk ke tubuh Nur Rohim, potensi serangan ALS ini muncul.
Didik menyebutnya sebagai sebuah "coincidance" dari dua faktor tersebut.
Baca juga: Juru Kunci Makam Bung Karno Lumpuh Usai Divaksin, Pengayuh Becak Tak Hadiri Undangan Vaksinasi
"Bagaimana ya, memang agak sulit menjelaskannya. Tapi intinya, kita tidak bisa mengatakan bahwa suntikan vaksin Sinovac itu mengakibatkan kelumpuhan. Perlu penelitian lebih mendalam lagi," ujarnya.
Ia juga menegaskan vaksin Sinovac tak bisa dituding begitu saja memicu kelumpuhan. Karena menurutnya sudah ada ribuan orang yang juga disuntik vaksin.
SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Pythag Kurniati)
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.