Salin Artikel

"Sudah Lima Bulan Saya Tidak ke Makam Bung Karno"

Rohim menerima suntikan dosis pertama pada 11 Maret 2021 dan dosis kedua pada 16 Maret 2021.

Lima bulan berlalu, kondisi Nur Rohim tak berubah. Ia hanya tergolek lemah di tempat tidur rumahnya di Desa Sawentar, Kecamatan Kanigoro, Kabupaten Blitar.

Tubuhnya kurus dengan tulang yang terlihat menonjol. Lidahnya kelu dan tak mampu lagi berbicara.

"Sudah lima bulan saya tidak ke malam Bung Karno"

Saat berbincang dengan Kompas.com, Kamis (26/8/2021) setidaknya tiga kali Rohim menyeka air matanya.

"Sudah lima bulan saya tidak ke makam Bung Karno," kata Rohim.

Sebagai juru kunci, Rohim biasanya memimpin doa para peziarah di pusara Proklamator Kemerdekaan itu.

Mendengar keluhan suaminya, sang istri, Munifatul Khotimah menasihatinya dan meminta tak perlu memikirkan pekerjaannya.

"Apakah pemerintah tidak bisa tanggung jawab?" lanjut Nur Rohim sembari menolehkan wajah kepada Kompas.com.

Ia bercerita sudah dua kali menjalani perawatan di RSUD Mardhi Waluyo Blitar pada April 2021. Saat itu Rohim sama sekali tak bisa menggerakkan kaki dan tangannya.

Gejala yang dialami Rohim semakin parah. Ia mulai merasakan nyeri dan kaku di persendian dan otot.

Dinas Kesehatan Kota Blitar yang mengetahui kejadian tersebut mendorong Rohim untuk memeriksakan diri ke RSUD Mardhi Waluyo. Karena kemungkinan kasus KIPI pada Rohim.

Menurut Khotimah, suaminya didiagnosis sakit ALS.

"Diagnosis rumah sakit waktu itu, katanya suami saya terserang penyakit ALS (Amyotrophic Lateral Sclerosis), penyakit saraf," kata Khotimah.

Namun ia mempertanyakan diagnosis tersebut karena sejumlah gejala yang dialami suaminya tidak sinkron dengan gejala ALS pada umumnya.

Dia mencontohkan, suaminya tidak mengalami kesulitan bernapas ataupun kesulitan mengunyah dan menelan makanan.

Namun sejak sebulan terakhir, suaminya sudah ada kemajuan seperti mulai menggerakkan lengan serta jarinya.

"Dan Alhamdulillah sejak sebulan lalu sudah mulai ada kemajuan terutama pikiran dan ingatannya sudah pulih," ujarnya.

Setelah konsumsi ramuan herbal tersebut, kondisi suaminya membaik.

"Yang paling menggembirakan itu pulihnya pikiran dan ingatan. Sebelumnya seperti orang hilang ingatan. Namanya sendiri saja tidak ingat," ujar Khotimah.

Setiap dua pekan sekali, Khotimah membeli satu paket ramuan herbal berbentuk serbuk dalam dua amplop kertas seharga Rp 2,4 juta. Jadi dalam sebulan dibutuhkan Rp 4,8 juta.

Suaminya juga menjalani terapi kejut listrik dan pijat saraf sebanyak sebulan sekali dengan biaya beberapa ratus ribu setiap kunjungan.

Ditambah kateter urin dan lain-lain, Khotimah harus mengeluarkan lebih dari Rp 5 juta untuk pengobatan suaminya.

Untuk memenuhi kebutuhan pengobatan suami, Khotimah bahkan harus menjual sepeda motor dan kini menawarkan mobil tua mereka.

"Bulan lalu saya jual sepeda motor untuk menambah biaya suami. Ini saya mulai tawarkan mobil tua kami," ujarnya menunjuk pada sebuah sedan merek Timor warna silver di samping rumahnya.

Hal tersebut disampaikan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit pada Dinas Kesehatan Kota Blitar, Didik Jumianto.

"Saya lupa kapan (diputuskan) tapi memang kasus KIPI," ujar Didik kepada Kompas.com, Rabu (25/8/2021).

Namun ia buru-buru mengatakan jika sebagai kasus KIPI bukan berarti membenarkan bahwa suntikan vaksin Covid-19 dengan Sinovac yang menyebabkan kelumpuhan pada Nur Rohim.

Ia menjelaskan bahwa sudah ada potensi serangan ALS pada Nur Rohim. Serangan tersebut diduga terjadi sebelum menjalani vaksinasi.

Didik mengatakan, Rohim memiliki gen yang diturunkan dari orangtua dan neneknya yang juga mengalami serangan ALS.

Saat ada "benda asing" berupa vaksin masuk ke tubuh Nur Rohim, potensi serangan ALS ini muncul.

Didik menyebutnya sebagai sebuah "coincidance" dari dua faktor tersebut.

"Bagaimana ya, memang agak sulit menjelaskannya. Tapi intinya, kita tidak bisa mengatakan bahwa suntikan vaksin Sinovac itu mengakibatkan kelumpuhan. Perlu penelitian lebih mendalam lagi," ujarnya.

Ia juga menegaskan vaksin Sinovac tak bisa dituding begitu saja memicu kelumpuhan. Karena menurutnya sudah ada ribuan orang yang juga disuntik vaksin.

SUMBER: KOMPAS.com (Penulis: Asip Agus Hasani | Editor : Pythag Kurniati)

https://regional.kompas.com/read/2021/08/26/171700578/-sudah-lima-bulan-saya-tidak-ke-makam-bung-karno-

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke