Selama pandemi virus corona, SMKN 13 Bungo ikut instruksi dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.
"Kalau sekiranya harus tatap muka, kami tatap muka. Tapi kalau online, kami ndak mungkin," kata Dedi.
Dedi mengatakan, pihaknya menyiasati dengan sistem belajar jarak jauh.
"Sekali seminggu siswa ke sekolah mengambil modul dan kalau ada diberikan tugas yang diberikan, lalu diantar lagi ke sekolah," kata dia.
Dedi berharap, SMKN 13 Bungo ini lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah, khususnya mengenai sarana dan prasarana.
"Karena keinginan dan minat siswa di sini besar, cuma terbatas dengan sarana prasarana. Seperti jaringan internet misalnya," kata Dedi.
Apalagi, menurut Dedi, di sekolah ini ada jurusan multimedia.
"Jadi kebutuhannya ada laptop, kamera atau untuk percetakan begitu," kata Dedi.
Menurut Dedi, apabila hanya teori tanpa praktik, maka akan sia-sia ada jurusan multimedia.
Selain itu, Dedi mengatakan, pihaknya tidak punya bangunan khusus kantor.
Kantor yang kini mereka pakai sebetulnya adalah perpustakaan.
Selain itu, laboratorium yang awalnya berada jauh dari sekolah, kini sudah dipindahkan.
"Kantor dan UKS (unit kesehatan sekolah) kita enggak punya," kata Dedi.
Mulai dari kelas X, XI dan XII, masing-masing mempunyai dua kelas belajar.
Selain itu, nereka memiliki 17 guru yang dua di antaranya berstatus pegawai negeri sipil (PNS), yaiu kepala sekolah dan satu guru.
Sementara sisanya honorer yang harus menempuh jarak yang jauh apabila ingin mengajar.
Johan yang dulunya bolak-balik dari Bangko, yang berada di kabupaten sebelah, kini sudah beristri dan tinggal di dekat sekolah.