Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Perjuangan SMKN 13 Bungo, Sekolah Multimedia di Dusun Tanpa Sinyal

Kompas.com - 21/08/2021, 21:48 WIB
Jaka Hendra Baittri,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi

JAMBI, KOMPAS.com - Kemajuan sering kali dipandang dari pemanfaatan teknologi yang digunakan.

Sayangnya, tidak semua wilayah Indonesia disebut sebagai daerah maju.

Buktinya, belum semua daerah memiliki infrastruktur komunikasi yang baik, termasuk jaringan internet.

Selalu ada yang terbelakang, seperti kondisi di Dusun Baru, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.

Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) bagi guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 13 Bungo sangat merepotkan.

Baca juga: Kisah Mulyono, Belasan Tahun Ajari Anak-anak Baduy Membaca, Jadi Segelintir Warga Kanekes yang Kuliah

Sebab, mereka harus mengejar waktu mengirimkan hasil ujian yang diadakan secara offline atau luar jaringan, dengan menumpang ke sekolah lain.

Lokasi sekolah mereka jauh di pelosok. Tidak ada sinyal internet dan telepon.

Para murid juga sama. Mereka mengisi jawaban ujian secara langsung, alias manual.

Jawaban-jawaban itu dimasukkan ke server dan perangkat tersebut harus dibawa ke luar desa untuk disambungkan ke internet, agar semua data terkirim ke pusat.

Saking kesalnya, Dedi, salah satu guru matematika sempat bergurau dengan Ma'as (61),  penjaga sekolah dan juga tetua adat di sana soal keterbelakangan ini.

"Apa kita bawa server ini ke atas bukit?" kata Dedi.

Lalu dijawab oleh Ma'as.

"Ah gilo, macam mano listriknyo," kata Ma'as sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.

Ma'as tahu bahwa sinyal internet dan telepon hanya ada di beberapa titik tiang sekolah. Ada juga di sebelah rumah bidan desa dan bukit di dekat desa.

Sementara itu, cuaca hujan. Terpaksa mereka menyewa mobil.

Beberapa guru ada yang menggunakan motor. Mereka harus keluar dari desa melewati jalan naik dan turun, berlumpur dan penuh batu.

Pada musim kemarau saja, waktu tempuh ke luar dusun bisa 1,5 jam.

Hujan sudah pasti membuat perjalanan jadi lebih lama. Namun, apa mau dikata, kewajiban mereka untuk mengirimkan jawaban ujian harus dilakukan demi murid-murid.

Mereka yang menggunakan motor tak jarang terpeleset di jalan.

"Jatuh dari motor, terpeleset, itu sudah seperti makanan sehari-hari," kata Dedi Arsanto, Rabu (18/8/2021).

 

Menyusuri tapak tilas sang guru

Sekitar pukul 08.31 WIB, Kompas.com berangkat dari Kota Muaro Bungo, dan setelah 46 menit, tiba di Desa Rantau Keloyang untuk bertemu Yori, seorang pendamping Suku Anak Dalam di lokasi tersebut yang bisa menunjukkan jalan ke Dusun Baru.

Kami sampai di Desa Rantau Keloyang pada pukul 09.17 WIB. Kemudian pukul 09.31 WIB, saya berangkat ke Dusun Baru.

Tak jarang deru mesin kendaraan yang saya kendarai meninggi, karena melewati tanjakan berbatu dan kelokan yang kiri.

Kadang melewati tebing, lalu hutan dan sesekali kebun sawit.

Sebelah kanan ada jurang dan sungai.

Baca juga: Kisah Guru di Pedalaman Manggarai Timur, Mendaki Bukit untuk Mendapat Sinyal Telepon dan Internet

Kami berdoa agar tak hujan, karena bisa menambah licin jalan.

Apabila hujan turun, maka kendaraan harus dibawa lebih hati-hati.

Sekitar pukul 11.00 WIB, saya sampai di SMKN 13 Bungo di Dusun Baru.

Kami melewati jalan tanah berbatu yang naik turun.

Menurut Dayat, salah satu warga Dusun Baru, dari jalan lintas Sumatera masuk menuju Dusun Baru berjarak 30 kilometer.

Namun, apabila dilihat dari Google Maps, jarak tempuh dari Kantor Bupati Bungo ke Dusun Baru ada sejauh 51 kilometer. Ini juga diragukan, karena sinyal hilang dalam perjalanan dari Rantau Keloyang ke Dusun Baru.

Total waktu tempuh dari jalan lintas Sumatera sekitar 2 jam lebih.

Jarak ini terasa lebih jauh karena kondisi jalanan yang buruk.

Menurut mereka, kini tanah sudah banyak dikeraskan dan ditimbun bebatuan. Tidak seperti dulu, mereka harus menggunakan tali untuk diikatkan ke motor dan pohon terdekat agar bisa keluar dari lumpur.

Rusaknya jalan itu disebabkan truk sawit yang melintasi desa.

Sejak 2009, desa ini dikeliling kebun sawit. Desa dianggap mengalami kemajuan ekonomi ketika perkebunan sawit masuk.

"Padahal dulu air bersih, ikan banyak. Kok masih merasa susah," kata Ma'as.

Ma'as (61) mencurahkan perasaannya tentang kondisi ini. "Kalau sudah keluar (dusun) pas kembali ke sini capek nian. Baring-baring tu lah habis tu demam," katanya.

Warga Dusun Baru Kecamatan Pelepat mencari sinyal di bawah pohon sawit. Lokasi ini selalu ramai pada jam-jam tertentu karena warga ingin menelpon atau sekadar melihat sosial media.KOMPAS.COM/JAKA HB Warga Dusun Baru Kecamatan Pelepat mencari sinyal di bawah pohon sawit. Lokasi ini selalu ramai pada jam-jam tertentu karena warga ingin menelpon atau sekadar melihat sosial media.

Tidak mungkin belajar online

Selama pandemi virus corona, SMKN 13 Bungo ikut instruksi dari Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

"Kalau sekiranya harus tatap muka, kami tatap muka. Tapi kalau online, kami ndak mungkin," kata Dedi.

Dedi mengatakan, pihaknya menyiasati dengan sistem belajar jarak jauh.

"Sekali seminggu siswa ke sekolah mengambil modul dan kalau ada diberikan tugas yang diberikan, lalu diantar lagi ke sekolah," kata dia.

Dedi berharap, SMKN 13 Bungo ini lebih diperhatikan lagi oleh pemerintah, khususnya mengenai sarana dan prasarana.

"Karena keinginan dan minat siswa di sini besar, cuma terbatas dengan sarana prasarana. Seperti jaringan internet misalnya," kata Dedi.

Apalagi, menurut Dedi, di sekolah ini ada jurusan multimedia.

"Jadi kebutuhannya ada laptop, kamera atau untuk percetakan begitu," kata Dedi.

Menurut Dedi, apabila hanya teori tanpa praktik, maka akan sia-sia ada jurusan multimedia.

Selain itu, Dedi mengatakan, pihaknya tidak punya bangunan khusus kantor.

Kantor yang kini mereka pakai sebetulnya adalah perpustakaan.

Selain itu, laboratorium yang awalnya berada jauh dari sekolah, kini sudah dipindahkan.

"Kantor dan UKS (unit kesehatan sekolah) kita enggak punya," kata Dedi.

Mulai dari kelas X, XI dan XII, masing-masing mempunyai dua kelas belajar.

Selain itu, nereka memiliki 17 guru yang dua di antaranya berstatus pegawai negeri sipil (PNS), yaiu kepala sekolah dan satu guru.

Sementara sisanya honorer yang harus menempuh jarak yang jauh apabila ingin mengajar.

Johan yang dulunya bolak-balik dari Bangko, yang berada di kabupaten sebelah, kini sudah beristri dan tinggal di dekat sekolah.

 

Cikal-bakal SMKN 13 Bungo

Joko Prawoko (56) ingat betul tentang tridarma perguruan tinggi.

"Salah satunya adalah pengabdian masyarakat," kata Joko saat berbincang dengan Kompas.com.

Ingatan itu yang membuatnya berpikir untuk menggagas adanya sekolah tingkat atas di Dusun Baru yang mulai ditempatinya sekitar 2005.

Berdirinya SMKN 13 Bungo ini berawal ketika pada 2013, Joko Prawoko mendatangi Hasan Basri Agus yang sedang kampanye untuk menjadi gubernur Jambi di desa tersebut.

"Waktu itu ditanya, apa lahannya ada?" tutur Joko.

Joko mengatakan bahwa lahannya ada. Dia pun menjelaskan bahwa kebutuhan masyarakat di dusun itu adalah pendidikan tingkat atas.

Dia mengatakan, masyarakat di Dusun Baru ini banyak yang miskin.

Untuk kuliah keluar desa butuh biaya cukup mahal, baik untuk biaya sekolah, kos, makan, buku, hingga transportasi.

Pilihan bagi generasi muda hanya bekerja di perusahaan sawit dekat desa atau menikah.

Setelah beberapa bulan, petugas dari Dinas Pendidikan datang ke desa mereka untuk survei dan menyetujui adanya sekolah setingkat SMA di sana.

SMKN 13 Bungo akhirnya resmi berjalan pada 2015.

Awalnya, sekolah ini adalah SMKN 3 Pelepat.

Namun, semenjak 2017 menjadi SMKN 13 Bungo, karena sekolah menengah atas dan sederajatnya kewenangannya dikembalikan dari tingkat kabupaten ke Dinas Pendidikan Provinsi Jambi.

Sebelumnya, mereka menumpang di SMK 2 Pelepat.

Sebelum punya bangunan sendiri, jumlah muridnya hanya ada 9 orang.

Pada tahun kedua, ada 13 peserta didi.

Kemudian ketika ada gedung baru pada 2015, peserta didik mereka bertambah menjadi 31 orang.

Kini, peserta didik mereka ada sekitar 175 orang.


Joko secara sukarela menjadi guru honorer dan mengajar agama di SMKN 13 Bungo.

Dia mengajar sejak 2013 hingga 2020.

Joko terpaksa berhenti mengajar karena kakinya sakit akibat diabetes.

Untuk mempromosikan sekolah baru itu, Joko sempat berjalan kaki berkeliling desa dan memberikan sosialisasi dari rumah ke rumah.

Joko pun rela dengan jumlah bayaran yang diberikan, karena niat untuk mengabdi.

"Dari mulai honor sebulan Rp 50.000. Setelah 2015, per jamnya satu pelajaran Rp 6.000. Sekarang Rp 15.000 per jam," kata dia.

Sejak awal, Joko memang menginginkan jurusan multimedia di sekolah itu, demi menciptakan sumber daya manusia yang mumpuni.

Meski demikian, Joko mengakui bahwa banyak yang berkomentar miring terhadapnya.

Apalagi, banyak yang meragukan kemampuan sekolah multimedia di tengah dusun yang sulit mendapatkan sinyal internet.

Ma'as mengatakan, kondisi di dusunnya banyak yang berubah setelah adanya SMK 13 Bungo.

Salah satunya, jumlah pengangguran yang berkurang.

"Karena banyak pekerjaan sekarang minimal harus pendidikan tingkat SMA. Jadi kepala desa saja minimal SMA," kata Ma'as.

Menurut pria yang selalu disapa Datuk Ma'as ini, nama dusun mereka pun menjadi harum.

Banyak warga yang terkendala biaya untuk pendidikan, namun terselamatkan berkat kehadiran SMKN 13 Bungo.

Namun, dia mengakui bahwa memang banyak yang harus dibenahi, termasuk fasilitas sekolah, khususnya sarana telekomunikasi dan internet.

Hendra Novera selaku Kepala SMKN 13 Bungo mengakui bahwa kondisi sekolah belum mendukung untuk proses belajar mengajar.

"Misalnya untuk informasi kelengkapan surat-surat yang harus dikirim ke Jambi, itu kami terlambat dapat informasinya," kata Hendra.

Selain itu, para murid tidak bisa belajar secara daring atau online.

"Untuk mencari sumber materi dan sumber pelajaran juga sulit jadinya, seperti men-download materi dan sebagainya," ungkap Hendra.


Saat ujian online, sekolahnya harus menumpang ke SMK terdekat.

Hendra mengatakan, sekolah mempunyai program dari desa, yaitu WiFi dengan kapasitas terbatas dan disesuaikan dengan kebutuhan kuota.

"Tapi kalau mati lampu, sinyal hilang," kata Hendra.

Hendra mendapat kabar bahwa Dinas Pendidikan ada rencana kerja sama dengan Kementerian Komunikasi dan Informatika untuk menyediakan sarana internet.

Namun, sampai hari ini belum ada kabar lebih lanjut.

Minim informasi 

Selama pandemi, Dusun Baru tidak banyak mendapat informasi soal virus corona.

"Jadi tidak tahu apakah ada yang kena atau tidak di sana," kata Hendra.

Kondisi ini sudah bertahun-tahun dirasakan warga.

Seorang warga bernama Dayat ingat betul bagaimana terpukulnya keluarga mereka karena terlambat dapat informasi soal kemalangan.

Dayat dan keluarga mendapat kabar bahwa salah satu kerabat mereka di Jawa meninggal dunia.

Namun, kabar itu baru didapat seminggu kemudian.

"Nenek saya waktu itu meninggal," kata Dayat.

Keterlambatan ini karena sinyal telepon di desa mereka yang sangat payah.

Kholid yang merupakan Rio atau Kepala Desa Baru mengatakan, belum ada yang kondisi yang berubah.

Dia mengatakan, pemerintah desa sebelumnya sempat menyampaikan hingga ke Kemenkominfo.

"Jadi setelah ditinjau provider, ternyata mereka tidak sanggup. Tapi ada pihak lain yang mau mencoba yaitu pihak ketiga, tapi itu pun terkendala corona," kata Kholid.

Kholid mengakui bahwa beberapa rumah mulai ada yang menggunakan WiFi.

Namun, itu masih jauh dari efektif.

"Tapi WiFi itu juga ndak 100 persen menjamin. Kadang informasi jam 4, sampainya jam 10 juga," kata dia.

 

Selain soal telekomunikasi, Kholid mengatakan, setiap tahun pihaknya selalu mengajukan pengaspalan jalan menuju desanya.

Dia menginginkan kejelasan dari pemerintah, mengapa perbaikan jalan tidak pernah terwujud.

"Kalau ditengok Kecamatan Limbur, berapa jauh Limbur itu? Tak kalah jauh. Sampai jalan ke sungai juga diaspal," kata Kholid.

Kholid berharap suaranya didengar oleh pemerintah.

Pada 2018, Kompas.com sempat datang ke lokasi tersebut.

Saat itu, para murid terlihat berdiri di tiang yang berada di dekat laboratorium komputer.

Mereka mencari jaringan internet seluler di sana.

Kami juga sempat berbicara dengan Angga, salah satu guru multimedia.

"Kadang mereka telepon ke saya di Bungo atau video call untuk tanya tugas. Kelihatan tempat mereka video call di bukit belakang itu," kata Angga.

Kini Angga tak lagi mengajar di situ. Sementara guru di sana hanya belasan jumlahnya.

Meski demikian, kondisi Dusun Baru tak banyak yang berubah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Tak Ada Petahana, PKB Optimistis Gus Yusuf Bisa Menang Pilkada Jateng

Regional
Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Kebakaran Rumah di Bantaran Rel Kereta Api Solo, 25 Warga Mengungsi

Regional
Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Maju Pilkada Solo, Caleg Terpilih Kevin Fabiano Daftar Cawalkot di PDI-P

Regional
Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Sedihnya Hasanuddin, Tabungan Rp 5 Juta Hasil Jualan Angkringan Ikut Terbakar Bersama Rumahnya

Regional
Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Maju Lagi di Pilkada, Mantan Wali Kota Tegal Dedy Yon Daftar Penjaringan ke PKS

Regional
Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Dua Caleg Terpilih di Blora Mundur, Salah Satunya Digantikan Anak Sendiri

Regional
Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Perajin Payung Hias di Magelang Banjir Pesanan Jelang Waisak, Cuan Rp 30 Juta

Regional
9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

9 Rumah di Bantaran Rel Kereta Kota Solo Terbakar

Regional
Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Pimpin Aksi Jumat Bersih, Bupati HST Minta Masyarakat Jadi Teladan bagi Sesama

Regional
Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Harga Tiket dan Jadwal Travel Semarang-Banjarnegara PP

Regional
Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Sempat Ditutup karena Longsor di Sitinjau Lauik, Jalur Padang-Solok Dibuka Lagi

Regional
Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Dugaan Korupsi Pengadaan Bandwidth Internet, Plt Kepala Dinas Kominfo Dumai Ditahan

Regional
KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

KY Tanggapi soal Status Tahanan Kota 2 Terpidana Korupsi di NTB

Regional
Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Pemilik Pajero Pasang Senapan Mesin di Kap, Mengaku Hanya untuk Konten Medsos

Regional
Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Update Bencana Sumbar, BPBD Sebut 61 Korban Tewas, 14 Orang Hilang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com