JAMBI, KOMPAS.com - Kemajuan sering kali dipandang dari pemanfaatan teknologi yang digunakan.
Sayangnya, tidak semua wilayah Indonesia disebut sebagai daerah maju.
Buktinya, belum semua daerah memiliki infrastruktur komunikasi yang baik, termasuk jaringan internet.
Selalu ada yang terbelakang, seperti kondisi di Dusun Baru, Kecamatan Pelepat, Kabupaten Bungo, Provinsi Jambi.
Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) bagi guru di Sekolah Menengah Kejuruan Negeri (SMKN) 13 Bungo sangat merepotkan.
Sebab, mereka harus mengejar waktu mengirimkan hasil ujian yang diadakan secara offline atau luar jaringan, dengan menumpang ke sekolah lain.
Lokasi sekolah mereka jauh di pelosok. Tidak ada sinyal internet dan telepon.
Para murid juga sama. Mereka mengisi jawaban ujian secara langsung, alias manual.
Jawaban-jawaban itu dimasukkan ke server dan perangkat tersebut harus dibawa ke luar desa untuk disambungkan ke internet, agar semua data terkirim ke pusat.
Saking kesalnya, Dedi, salah satu guru matematika sempat bergurau dengan Ma'as (61), penjaga sekolah dan juga tetua adat di sana soal keterbelakangan ini.
"Apa kita bawa server ini ke atas bukit?" kata Dedi.
Lalu dijawab oleh Ma'as.
"Ah gilo, macam mano listriknyo," kata Ma'as sambil menggelengkan kepala dan tersenyum.
Ma'as tahu bahwa sinyal internet dan telepon hanya ada di beberapa titik tiang sekolah. Ada juga di sebelah rumah bidan desa dan bukit di dekat desa.
Sementara itu, cuaca hujan. Terpaksa mereka menyewa mobil.
Beberapa guru ada yang menggunakan motor. Mereka harus keluar dari desa melewati jalan naik dan turun, berlumpur dan penuh batu.
Pada musim kemarau saja, waktu tempuh ke luar dusun bisa 1,5 jam.
Hujan sudah pasti membuat perjalanan jadi lebih lama. Namun, apa mau dikata, kewajiban mereka untuk mengirimkan jawaban ujian harus dilakukan demi murid-murid.
Mereka yang menggunakan motor tak jarang terpeleset di jalan.
"Jatuh dari motor, terpeleset, itu sudah seperti makanan sehari-hari," kata Dedi Arsanto, Rabu (18/8/2021).