KOMPAS.com - Dosen Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta, Frans Xaverius Lara Aba, mendaftar di Dewan Perwakilan Daerah (DPD) Partai Gerindra Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sebagai bakal calon Gubernur NTT, Kamis (2/5/2024) sore.
Frans Aba bersama tim dan massa pendukungnya tiba di Sekretariat DPD Gerindra NTT di Jalan Prof Herman Johannes sekitar pukul 16.30 Wita dan diterima Wakil Ketua Bappilu Gerindra NTT Veronika Ata, Sekretaris Bappilu Dominggus Umbu Zasa, serta pengurus lainnya.
Selanjutnya, Frans Aba bersama tim menuju ruangan tempat pendaftaran bakal calon gubernur NTT.
Baca juga: Irjen Pol Purn Johni Asadoma Mendaftar sebagai Calon Gubernur NTT ke PAN
Sekretaris Bappilu Gerindra NTT Dominggus Umbu Zasa menyampaikan selamat datang di rumah Gerindra.
“Atas nama pimpinan Partai Gerindra, kami mengucapkan terima kasih dan selamat datang di rumah Gerindra. Mudah-mudahan jadi rumah bersama kita," kata Dominggus.
Selanjutnya, Frans Aba yang didampingi Ketua Tim Keluarga Agus Umbu Hera, dan tim lainnya menyerahkan berkas pendaftaran yang diterima langsung oleh Wakil Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) Veronika Ata.
Frans Aba mengatakan, ia datang ke DPD Gerindra NTT untuk menyampaikan berbagai pemikiran dalam proses yang ingin dilakukan sebagai sarana atau jembatan.
Dia menyebut, ada pekerjaan besar yang dilakukan semua pihak yaitu tentang bagaimana NTT ke depannya. Itu adalah tujuannya. Sedangkan siapa dalam proses kekuasaan ini adalah sebagai sarana.
“Saya menghormati dan menjunjung tinggi apa yang menjadi nilai-nilai perjuangan dalam Partai Gerindra”, kata Frans Aba yang merupakan Dosen Fakultas Ekonomi Universitas Katolik Atma Jaya Jakarta.
Ia mengatakan, landasan dasar dan filosofi dari Gerindra sebagai partai politik dalam gerakan perjuangan sebagai kolektivitas, maka dasar yang menjadi junjungan dalam proses kolektivitas itu adalah kebersamaan, gotong royong dalam kolektivitas menjadikannya sebagai persaudaraan sejati, baik dalam pergerakan, kerakyatan.
"Karena dasar Gerindra adalah bagaimana melihatnya kemiskinan, keterbelakangan, terpinggir dan sebagainya," kata dia.
Menurutnya, Gerindra melihat dalam proses pelaksanaan pembangunan lebih menekankan kepada aspek popularisme ekonomi.
“Kalau kita berbicara populisme ekonomi itu artinya bagaimana keterbelakangan ekonomi kita, yang berlandaskan kepada berdiri di atas kaki sendiri. Bukan mengandalkan kekuatan orang lain."
"Apalagi hal-hal peredaran di dalam kekuasaan yang melawan ketidakadilan dan juga merajalelanya mafia-mafia dari berbagai segala bidang termasuk di NTT," ujar Frans.
Frans yang juga pernah menjadi dosen di National University of Malaysia, mengaku, kedatangannya ke Gerindra, karena memiliki kesamaan pandangan dan perjuangan dalam gerak langkah ini,