KARAWANG, KOMPAS.com- Sekitar pukul sembilan malam, 16 Agustus 1945, tiga buah mobil meluncur dari Rengasdengklok menuju Jakarta.
Di dalamnya ada Soekarno-Hatta dan rombongan.
Karena jalan rusak dan ban telah tua, mobil pun berjalan lambat. Kedua tokoh proklamator itu dijemput Achmad Soebarjo.
Baca juga: Di Balik Penampilan Necis Soekarno: Paling Suka Baju Warna Cokelat, Abu-abu dan Putih
Hal ini dikisahkan Siti Nourma Tahir.
Kisah itu juga tertuang dalam buku Rengasdengklok, Mengenang Pejuang Rengasdengklok Kapten Mas Masrim Muhammad, Rengasdengklok di Sinilah Merah Putih Pertama Kali Dikibarkan, karangan Raden H.A. Moenadjat dan R. Edi Suhaedi.
Adapun, Nourma merupakan istri Kapten Masrin.
Dalam buku yang disusun Agustus 2009 itu, Nourma menyebutkan, gelas-gelas dan teko yang dipakai Bung Karno jadi rebutan dan dicari-cari.
Sedang senjata yang tertinggal diminta untuk disimpan di rumahnya. Namun beberapa petugas memintanya kembali untuk disimpan di Museum Perjuangan.
Diceritakan pula, Djiauw Kie Siong pingsan seketika saat diberi tahu bahwa yang menginap di rumahnya adalah Soekarno sekeluarga dan Hatta.
Rumah petani keturunan Tionghoa itu juga menjadi tempat berunding antara Soekarno-Hatta dan kaum muda.
Rumah Babah Kisong, panggilan Djiauw Kie Siong, dipilih lantaran markas Peta di Rengasdengklok terlalu kecil.
Letaknya juga berdekatan, yakni di Kampung Bojong, persis dipinggir Sungai Citarum.
Baca juga: Monumen Bajra Sandhi: Merawat Ingatan Perjuangan Kemerdekaan RI di Bali
Wiwin Winara (64), putra keempat Kapten Masrin menyebutkan, buku kenangan tentang perjuangan Rengasdengklok dan Kapten Masrin pernah digandakan dalam jumlah banyak dan dibagikan.
"Buku itu ditulis kakak saya yang pertama dan saudara saya," kata Wiwin ditemui Kompas.com di makam Kapten Masrin, Dusun Bojong, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Senin (16/8/2021).
Cucu Djiaw Kie Siong, Yanto bercerita, beberapa benda seperti ranjang tidur dari kayu jati, cangkir, teko, dan kursi telah dipindahkan ke Museum Mandala Wangsit di Bandung agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.
Sedang bangunan rumah tempat menginap Soekarno-Hatta dipindahkan dari tempat semula karena banjir.
"Ini asli, kamar yang ditempati beliau dan rumah asli, bukan replika," kata Yanto ditemui baru-baru ini.