Salin Artikel

Kala Teko dan Gelas Bekas Pakai Bung Karno Jadi Rebutan

Di dalamnya ada Soekarno-Hatta dan rombongan.

Karena jalan rusak dan ban telah tua, mobil pun berjalan lambat. Kedua tokoh proklamator itu dijemput Achmad Soebarjo.

Hal ini dikisahkan Siti Nourma Tahir.

Kisah itu juga tertuang dalam buku Rengasdengklok, Mengenang Pejuang Rengasdengklok Kapten Mas Masrim Muhammad, Rengasdengklok di Sinilah Merah Putih Pertama Kali Dikibarkan, karangan Raden H.A. Moenadjat dan R. Edi Suhaedi.

Adapun, Nourma merupakan istri Kapten Masrin.

Dalam buku yang disusun Agustus 2009 itu, Nourma menyebutkan, gelas-gelas dan teko yang dipakai Bung Karno jadi rebutan dan dicari-cari.

Sedang senjata yang tertinggal diminta untuk disimpan di rumahnya. Namun beberapa petugas memintanya kembali untuk disimpan di Museum Perjuangan.

Diceritakan pula, Djiauw Kie Siong pingsan seketika saat diberi tahu bahwa yang menginap di rumahnya adalah Soekarno sekeluarga dan Hatta.

Rumah petani keturunan Tionghoa itu juga menjadi tempat berunding antara Soekarno-Hatta dan kaum muda.

Rumah Babah Kisong, panggilan Djiauw Kie Siong, dipilih lantaran markas Peta di Rengasdengklok terlalu kecil.

Letaknya juga berdekatan, yakni di Kampung Bojong, persis dipinggir Sungai Citarum.

Wiwin Winara (64), putra keempat Kapten Masrin menyebutkan, buku kenangan tentang perjuangan Rengasdengklok dan Kapten Masrin pernah digandakan dalam jumlah banyak dan dibagikan.

"Buku itu ditulis kakak saya yang pertama dan saudara saya," kata Wiwin ditemui Kompas.com di makam Kapten Masrin, Dusun Bojong, Desa Rengasdengklok Selatan, Kecamatan Rengasdengklok, Karawang, Senin (16/8/2021).

Cucu Djiaw Kie Siong, Yanto bercerita, beberapa benda seperti ranjang tidur dari kayu jati, cangkir, teko, dan kursi telah dipindahkan ke Museum Mandala Wangsit di Bandung agar mendapatkan perawatan yang lebih baik.

Sedang bangunan rumah tempat menginap Soekarno-Hatta dipindahkan dari tempat semula karena banjir.

"Ini asli, kamar yang ditempati beliau dan rumah asli, bukan replika," kata Yanto ditemui baru-baru ini.


Peran Kapten Masrin

Dalam peristiwa itu, Kapten Masrin berperan mengamankan jalur dan tempat yang dilalui dua tokoh proklamator itu beserta rombongan.

Dengan kata lain, Kapten Masrin lah yang menjadi pelindung keduanya saat berada di Rengasdengklok.

Bagi Wiwin, peristiwa 16 Agustus itu bukanlah penculikan.

Menurutnya, Soekarno-Hatta saat itu bersedia diboyong ke Rengasdengklok. Keamanannya pun dijamin oleh para pemuda dan tentara Peta.

Kapten Masrin, kata Wiwin, bahkan telah membuat sebuah peta darurat Republik Indonesia (RI). Peta darurat RI itu dibuat oleh Kapten Masrin pada 14 Mei 1945 sampai 16 Agustus 1945.

Dalam keterangan peta digambarkan beberapa simbol batas kabupaten, sungai, irigasi, jalan raya provinsi, jalan kereta api besar, dan kecil, jalan daerah, dan batas wilayah RI darurat, dan simbol pertahanan.

"Sejak 14 Agustus, Rengasdengklok telah aman," ujar Wiwin.

Atas perannya itu, Kapten Masrin pun dianugerahi tanda jasa Pahlawan oleh Presiden Soekarno pada 10 November 1958. Dia juga mendapatkan penghargaan dari Kementerian Pertahanan Staf Angkatan Darat saat itu.

"Beberapa berkas tinggal fotokopi, aslinya disimpan di Kantor Veteran namun saat ini rusak," ujar Wiwin sembari menunjukkan dokumen ayahnya.

https://regional.kompas.com/read/2021/08/17/194329778/kala-teko-dan-gelas-bekas-pakai-bung-karno-jadi-rebutan

Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke