Semua siswa dari Desa Urung yang mengikuti upacara pengibaran bendera di desa Loko tiba di lokasi dengan kondisi basah kuyup karena mereka harus melewati sungai besar.
Belum lagi arus sungai yang dilewati sangatlah deras, jika tidak berhati-hati petaka bisa saja terjadi dan para siswa yang menyeberangi sungai akan terseret ke laut.
“Tadi mereka basah semua, jadi saat upacara dalam kondisi basah,” katanya.
Baca juga: Kolonel Faisol Izuddin Karimi Pimpin Upacara Penurunan Bendera HUT Ke-76 RI
Kondisi pendidikan memprihatinkan
Kodisi pendidikan di wilayah tersebut memang sangat memprihatinkan.
Untuk sekadar mengenyam pendidikan di sekolah, para siswa baik SD, SMP maupun SMA yang ada di desa tersebut setiap harinya harus rela berjalan kaki dengan jarak tempuh yang jauh dan harus menyeberangi sungai besar.
Menurut Astati, kondisi di desa itu sudah berlangsung lama.
Tak heran, siswa dari Desa Urung kerap belajar di sekolah dengan kondisi basah.
“Memang ada SD, SMP dan SMA di sini tapi jaraknya sangat jauh dari kampung, jadi siswa harus berjalan kaki dan harus menyeberangi sungai itu,” katanya.
Baca juga: Saya Keluar dari Ambulans, Warga Sempat Ayunkan Parang, Bawa Bensin dan Teriak Bakar-Bakar
Meski perjuangan menuju sekolah sangat berisiko, namun para siswa di desa itu sangat bersemangat untuk tetap bersekolah, termasuk jika harus berjalan kaki ke lokasi upacara yang jaraknya sangat jauh.
“Mereka sangat semangat, biar harus menyeberangi sungai mereka tetap semangat ke sekolah, seperti tadi biar basah mereka tetap ikut upacara,” katanya.
Menurut Astati saat musim penghujan tiba, sungai-sungai di wilayah itu sangat sulit dilewati sehingga banyak siswa tidak bisa pergi ke sekolah.
Ia berharap pemerintah daerah baik provinsi maupun kabupaten dapat segera membangun akses jalan darat atau membangun jembatan di sungai-sungai tersebut agar siswa di desa itu dapat pergi bersekolah dengan nyaman.
“Karena kalau kondisi hujan itu sangat sulit sekali,” katanya.