Plum ini mereka import dari Vietnam. Sama dengan proses loteng, plum ditambah gula batu dan air kemudian direbus.
Setelah dingin, disaring dan ditambah air jeruk nipis. Rasanya seperti minuman isotonik terkenal yang iklannya sering muncul di televisi.
Jika loloh cemcem berwarna hijau, loteng berwarna biru, loloh kiam bwee berwarna putih seperti susu.
Baca juga: Cerita di Balik Sinar Terang Lampu Kebun Buah Naga
Ternyata, 10 tahun lalu, loloh cemcem hanya ditemukan di Desa Penglipuran. Minuman ini dibuat oleh ibu ketika ada anggota keluarganya yang tak enak badan.
Tapi sekitar tahun 2011, loloh cemcem dengan kemasan sederhana mencuri perhatian masyarakat.
Beberapa pihak memperbaiki tampilan loloh cemcem. Beberapa restoran berkelas dan spa-spa tertentu menyajikannya dalam jumlah terbatas.
Jika dulu loloh cemcem hanya diproduksi di Desa Penglipuran, kini beberapa tempat juga memproduksinya, seperti Tegalalang, Gianyar dan beberapa tempat di Denpasar.
Baca juga: 6 Resep Ramuan Jamu untuk Tingkatkan Imunitas Tubuh Saat Pandemi Covid-19
Meski begitu, pemasok utama loloh cemcem tetap dari Penglipuran yang produksinya tidak dalam jumlah massal.
Loloh cemcem kini mudah ditemukan di sejumlah festival dan acara-acara besar di Bali terutama festival kuliner.
Loloh cemcem juga tersedia di meja-meja para tokoh daerah dan artis pengisi acara dan dijual murah untuk pengunjung. Loloh kini seperti minuman wajib setiap festival di Bali.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.