Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Jadi Dokter dari Jualan Nasi, Wahyu Kini Bangun Panti dan Klinik Tanpa Tarif

Kompas.com - 06/08/2021, 08:00 WIB
Suwandi,
Abba Gabrillin

Tim Redaksi


JAMBI, KOMPAS.com - Seorang dokter muda bernama Wahyu Saputra (24) membangun panti asuhan dan klinik kesehatan tanpa tarif.

Setiap pasien bebas membayar sesuai keikhlasan.

Benih dermawan dalam diri Wahyu terasah selama dirinya berjuang sekuat tenaga, agar bisa menyandang gelar dokter.

Untuk menambal kebutuhan biaya pendidikan, dia berjualan nasi bungkus ke sekolah dan kampus.

Selama sekolah dan kuliah, Wahyu terus menorehkan prestasi gemilang, mulai dari juara umum sekolah sampai dengan duta baca.

"Ibu dan Ayah belum pernah merasakan senang sejak kecil. Kami dari keluarga serba kekurangan. Makanya saya nekat, mau menyenangkan mereka di masa tuanya," kata Wahyu melalui pesan singkat, Kamis (5/8/2021).

Baca juga: Kisah Kapal Rampasan Berubah Jadi Pahlawan, Membawa Vaksin Menembus Pedalaman

Ia mengatakan, kesulitan orangtuanya bertambah berat, karena harus menanggung biaya pendidikan tiga orang anak secara bersamaan.

Pada saat Wahyu kuliah kedokteran, sang Ayah hanya seorang pegawai kecamatan dan telah memasuki masa pensiun sejak 2010 lalu.

Uang pensiunnya pun amat sedikit, hanya Rp 450.000 sebulan.

Sementara, Ibunya berjualan kue, serta nasi kuning.

Kerja keras selama hidupnya membuat sang Ibu mengalami sakit radang dan pengapuran pada bagian lutut.

"Penderitaan orangtua, terutama ibu ini menjadi energi setiap hari. Saya berjuang melawan kesulitan-kesulitan dalam hidup," sebut dokter yang dilantik pada April 2021.

Jualan kue dan nasi kuning untuk mendapatkan biaya

Untuk mengatasi biaya yang besar saat kuliah kedokteran, Wahyu membantu Ibunya berjualan kue dan nasi kuning.

Saat masih sekolah dasar (SD), menurut Wahyu, kedua kakaknya sedang kuliah.

Untuk membantu biaya kakaknya, Wahyu yang masih kecil pun berjualan nasi gemuk.

Usai pulang sekolah dia membantu Ayahnya di kebun, untuk merawat buah rambutan dan kelapa.

"Kalau buah-buahan panen, itu saya keliling kampung, Mas. Jualan, tawarkan ke tetangga dan pengepul di pasar," kenang Wahyu.

Baca juga: Cerita Dokter Internship Bergaji Rp 3 Juta Saat Pandemi: Beli APD Sendiri, Kerja Bisa 24 Jam

Perjuangan Wahyu terus berlanjut. Saat sekolah menengah pertama (SMP), dia membawa dagangan Ibunya berupa nasi kuning ke kantin kejujuran milik sekolahnya.

Artinya, Wahyu harus datang lebih pagi ke sekolah selama 3 tahun lamanya.

Kendati demikian, hal itu tidak mengganggu aktivitas belajarnya, bahkan dia selalu juara umum di sekolah.


Saat menempuh pendidikan sekolah menengah atas (SMA), lelaki yang didapuk duta baca di Jambi ini berjualan kue.

Walaupun sekolah sambil jualan, prestasinya tetap moncer.

Dia pun mendapat kesempatan menerima jalur undangan seleksi nasional masuk perguruan tinggi negeri (SNMPTN) di Program Studi Pendidikan Dokter, Universita Jambi.

"Saya sudah buang rasa malu, Mas. Kuliah pun saya tetap berjualan kue di kampus selama tiga tahun," ujar peraih juara lomba debat tingkat nasional ini.

Bahkan, setahun terakhir sebelum masuk koas, karena tekanan biaya tinggi untuk praktek dan membeli buku, Wahyu membawa dagangan berupa kue, nasi, sosis dan minuman ke dalam kelas.

Tidak pernah ada perundungan terhadap dirinya. Bahkan, beberapa orang teman turut membantu dia berjualan.

"Ketika koas tetap jualan dan alhamdulillah, uang hasil jualannya disisihkan Ibu, untuk beli buku, jajan, beli bensin motor," kata Wahyu.

Berkat kegigihan dan dukungan dari kedua orangtua, Wahyu mampu menyelesaikan pendidikan dokter selama 5,5 tahun.

Menyiasati masa-masa sulit

Masa sulit terasa menghimpit ketika berhadapan dengan kebutuhan membeli buku, alat dan bahan pratikum, biaya print dan fotokopi.

Meski demikian, Wahyu selalu percaya bahwa bersamaan dengan kesulitan, selalu ada kemudahan.

Wahyu menyiasati dengan lebih selektif dalam membeli buku. Hanya yang paling penting dan langka yang dibeli.

Sisanya, dia meminjam di perpustakaan atau meminjam buku teman.

Usai buku-buku dipinjam, bermalam-malam dia mencatat intisari dari buku dan mencatat sendiri materi perkuliahan dari dosen.

Rangkuman catatan kuliah ternyata amat berguna. Maka dia menjualnya kepada teman kuliah atau adik tingkat, untuk menambah uang saku.

Penyemangat hidup saat dirinya mulai lelah adalah keinginan untuk menyenangkan kedua orangtua pada masa tuanya.

Lelaki yang mulai masuk kuliah kedokteran pada 2015 lalu itu kini meminta kedua orangtuanya tidak lagi bekerja, terutama Ibunya yang sudah sakit-sakitan.

Semangat juang menjadi dokter juga atas keinginan untuk melampaui Ayahnya, Najamudin, yang hanya tamatan SMP. Ibunya, Anisar, tidak tamat SD.

 

Dokter muda Wahyu SaputraDok Instagram Wahyu Saputra Dokter muda Wahyu Saputra

Bangun panti asuhan dan klinik

Anak bungsu dari tiga saudara tersebut kini membangun rumah panti asuhan untuk yatim piatu, fakir miskin, dan kaum dhuafa.

Tentunya ada donatur lain yang turut membantu.

Sekarang dia juga merancang pembukaan klinik dan praktik dokter.

Nantinya, dia tidak memasang tarif kepada semua pasien.

"Saya tidak pasang tarif. Silakan pasien bayar semampunya, bayar seikhlasnya," kata Wahyu.

Pembukaan layanan kesehatan bayar seikhlasnya ini, lantaran Wahyu prihatin dengan kondisi orang tidak mampu, yang kadang ditolak rumah sakit karena tidak mempunyai uang.

Peraih juara II lomba inovasi daerah tingkat Provinsi Jambi ini memang telah becita-cita jadi dokter sejak kecil.

Dia ingat betul, cerita Ibunya ketika dia masih kecil, yang selalu mengatakan ingin menjadi dokter sejak usia 5 tahun.

Padahal, keluarga besarnya tidak ada satu pun yang berlatar belakang dokter.

Dia pun ingin membuka jalan bagi keluarganya dengan menjadi dokter.

Selain itu, setelah lulus SMA, kakak pertama Wahyu mendapat undangan untuk kuliah kedokteran di pulau Jawa. Tetapi karena tidak mempunyai uang, maka terpaksa harus kuliah di Jambi.

"Dokter ini untuk mewujudkan cita-cita dari kakak saya dan keluarga," sebut lelaki yang selalu menang dalam lomba pidato.

Kisahnya viral di TikTok

Postingan akun Tiktok @wahyu_saputra1702 menjadi viral di media sosial.

Video yang membuat kisah Wahyu berjualan kue untuk menjadi dokter telah ditonton 1,1 juta orang dan disukai ratusan ribu warganet.

Ia membagikan foto saat pertama kali masuk TK pada 2002, kemudian masa sekolah hingga diterima SNMPTN jalur undangan pada 2015.

Ada juga momen dia berfoto bersama kedua orangtuanya saat acara sumpah dokter pada April 2021.

Foto-foto tersebut dibagikannya sambil Wahyu menulis ulang percakapannya dengan sang Ibu ketika dia menawarkan diri menjual olahan kue dan nasi buatan Ibunya di sekolah.

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Korsleting Genset, Kapal Nelayan di Bangka Terbakar dan Karam, 5 ABK Lompat ke Laut

Regional
Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Kenal di Facebook, Bocah SMP Dibawa Kabur Seorang Pemuda, Berkali-kali Dilecehkan dan Diajak Ngamen

Regional
Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Gali Tanah untuk Bangun Rumah, Seorang Pekerja Temukan Mortir

Regional
Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Serunya Nonton Indonesia Vs Korsel di Pasar Pagi, Pedagang Fokus ke Jualan dan Sepak Bola

Regional
Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Kecewa Tuntutan Turunkan UKT Belum Terpenuhi, Mahasiswa Unsoed Lepas Jaket Almamater

Regional
Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Polda Aceh Tangkap 2 Pembawa Gading Gajah di Pidie

Regional
Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Ketahuan Curi Motor, Seorang Residivis Ditelanjangi dan Ditandu Warga Saat Sembunyi di Sungai

Regional
Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Pemburu Badak Jawa di TNUK, Jual Cula Seharga Rp 525 Juta

Regional
Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Aksi Bejat 3 Pria Paksa Siswi SMP Hubungan Badan dengan Pacar dan Ikut Perkosa Korban

Regional
Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Bunuh 6 Badak Jawa di TNUK, Polda Banten Tangkap 1 Pemburu, 5 Buron

Regional
10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com