KOMPAS.com - Beberapa daerah mengeluhkan kekosongan stok vaksin, yang berakibat pada terganggunya upaya mencapai target pemerintah melakukan dua juta vaksin per hari pada Agustus ini.
Warga mengeluhkan sulitnya mendapatkan vaksin dosis kedua, bahkan ada yang tiga kali mendaftar namun semuanya ditolak.
Kelangkaan itu, menurut epidemiolog dari Universitas Indonesia, disebabkan oleh penggunaan vaksin yang tidak tepat sasaran.
Baca juga: Kisah Kapal Rampasan Berubah Jadi Pahlawan, Membawa Vaksin Menembus Pedalaman
Vaksinasi juga, menurut epidemiolog dari Universitas Airlangga, tidak bisa dijadikan satu-satunya senjata utama dalam meredam penyebaran Covid-19 karena bergantung pada vaksin dari luar negeri, efikasi vaksin yang rendah, dan juga varian virus corona yang semakin berbahaya.
Berdasarkan data dari Satgas Covid-19 per Selasa (03/08), jumlah mereka yang divaksin - untuk dosis pertama dan kedua - berjumlah total kurang dari satu juta.
Jumlah total mereka yang divaksin sejauh ini, untuk dosis pertama dan kedua, lebih dari 68 juta.
Baca juga: Kuota Vaksin Minim, Bupati Magetan: Begitu Datang Kami Segera Habiskan
Terkait dengan kekosongan tersebut, Satgas Penanganan Covid-19 mengatakan pemerintah terus bekerja keras untuk menambah pasokan vaksin dan menjamin agar setiap masyarakat dapat menerimanya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin, Senin lalu (2/8/2021), Indonesia akan mendapatkan sebesar 331 juta dosis vaksin hingga Desember mendatang.
Jumlah itu, ujar Budi, cukup untuk diberikan pada sekitar 200 juta warga dan ia meminta kepada daerah untuk tidak khawatir akan potensi kehabisan stok vaksin.
Petugas kesehatan menyuntikkan vaksin COVID-19 kepada ketua RT di Kota Kediri, Jawa Timur, Rabu (17/03).
Baca juga: Kuota Vaksin Minim, Bupati Magetan: Begitu Datang Kami Segera Habiskan