“Panen tahun berikutnya saya dapat setengah kuintal, itu yang bikin saya semangat memperbanyak tanaman saya,” ungkapnya sambil menunjukan biji kemukus.
“Kita bercocok tanam kemukus ini harus dengan cara nanem, yaitu nandur (menanam) dan nemu (menemukan),” ujarnya.
Tanaman ini tidak perlu perawatan khusus. Kemukus juga tidak perlu dipupuk, sekalipun pupuk kandang. Semua jenis pupuk akan berakibat kematian bagi tanaman ini.
“Terutama pupuk kimia, walaupun ladang tetangga yang dipupuk maka tanaman kemukus dan vanili kita akan mati,” kata Suparno.
Baca juga: Resep Wedang Teh Jahe Rempah, Minuman Empon-empon untuk Imunitas Tubuh
Warga bersepakat bercocok tanam dengan pola organik dan tidak menggunakan pupuk kimia.
Kemukus di Desa Muncar rupanya dianggap sebagai “emas hitam” oleh warga. Tak hanya soal bertani rempah bernilai ekonomi tinggi, tetapi juga sebagai kalam atau penunjuk kesuburan tanah yang bebas pupuk dan substansi kimia lainnya.
Sebelum pandemi, ketika panen rempah tiba, beberapa pejalan mancanegara berwisata di keindahan alam Muncar.
Baca juga: Empon-empon Berkhasiat untuk Tubuh, Ini Cara menyimpannya di Rumah
Sepuluh rumah warga telah disiapkan untuk rumah tinggal pejalan.
Semoga kebangkitan petani kemukus turut membangkitkan pelestarian, pemanfaatan tanaman, dan ekowisata berbasis komunitas.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.