Hidup di kota menurut dia lebih sulit jika dibanding dengan seorang yang hidup di desa untuk masa sekarang.
Karena, saat hidup di desa kemungkinan memiliki beras sisa panen atau sayuran.
“Hidup di kota ini susah, kalau di desa mungkin ada beras hasil panen. Yang di kota ini ngeri mereka bekerja mungkin jadi tukang parkir, buruh harian,” katanya.
Selama PPKM mikro maupun PPKM darurat dirinya belum pernah sekalipun mendapatkan bantuan dari pemerintah.
“Selama pandemi belum pernah, mungkin karena KTP saya Sleman tetapi saat ini tinggal di kota. Apa dapat tapi pihak desa tidak ngabari saya ya enggak tahu,” ungkapnya.
Kondisi sepinya Malioboro dan sulitnya mencari pendapatan juga dialami oleh Rukiyah seorang pedagang makanan keliling di sekitar Malioboro.
Semenjak PPKM yang membuat Malioboro sepi ia harus mengurangi jumlah dagangannya.
“Sepi sekarang ini biasanya dagangan penuh satu gerobak ini hanya setengah saja enggak ada,” katanya.
Rukiyah berjualan dari kampung-ke kampung dan tujuan akhir adalah berjualan di Malioboro, rute yang sama ia lewati dari sebelum adanya PPKM darurat.
“Ya keliling kampung terakhir di Malioboro habis ini saya pulang,” katanya.
Dagangannya saat ditemui juga belum habis, tetapi ia memutuskan untuk pulang mengingat jalanan sepi dan bisa segera istirahat.
Untuk pedagang kecil seperti Rukiyah, hanya memiliki satu harapan yakni pandemi segera berakhir dan bisa berjualan normal kembali seperti dulu
“Semoga bisa kembali normal seperti dulu lagi,” ucap dia.
Rukiyah lebih beruntung karena kemarin sudah menerima bantuan dari pemerintah berupa sembako.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.