Resep turun-temurun
Ia mengaku belajar membuat kelemben dari orangtuanya dengan resep turun temurun.
Kemudian sekitar 2008 mulai membuat memproduksi sendiri ketika ada pesanan dari tetangga atau keluarga yang sedang ada hajatan.
Proses pembuatan kelemben dimulai dengan memecahkan telur lalu dikocok menggunakan mixer sampai mengembang.
Selanjutnya menambahkan bahan lainnya yakni tepung terigu, gula putih, gula aren, garam, dan soda kue.
Bahan tersebut kembali dikocok menggunakan mixer hingga lembut.
Setelah adonan jadi, kemudian dipanggang mennggunakan cetakan kue berbahan besi dan dipanggang di atas tungku.
Setelah itu tungku ditutup kembali menggunakan seng dan di atasnya diberi serabut kelapa yang telah dibakar.
Setelah itu ditunggu sekitar 10 menit hingga matang dan siap untuk disajikan.
Baca juga: Tak Ingin Kasus Covid-19 Melonjak seperti India, Banyuwangi Mulai Perketat Perbatasan
Pesanan saat Ramadhan meningkat hampir 2 kali lipat
Saat hari biasa, ia membuat berdasarkan pesanan.
Hari biasa ia membuat sekitar 6 kilogram kue kelemben dalam satu minggu.
Setiap kilogram berisi 45 kue kelemben dengan harga Rp55 ribu.
Sementara saat bulan Ramadhan, pesanan meningkat. Dalam sehari ia bisa membuat 11 kilogram kue kelemben.
"Tambah rame kalau Lebaran dan Ramadhan ini," kata dia.
Berkat menjual kelemben ini, ia mengaku bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga sehari-hari.
Susiati mengatakan menerina pesanan kelemben untuk acara hajatan atau untuk oleh-oleh.
Ia juga mengatakan masih mempertahankan cara pembuatan secara tradisional karena hasil kuenya matang sempurna
Sebab, beberapa waktu lalu pernah mencova menggunakan oven otomatis. Namun tidak berhasil atau gagal.
"Bagian atasnya bagus tapi bagian bawah tak matang. Akhirnya tetap pakai secara tradisional," kata dia.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.