Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+

Harga Sembako di Pasar Murah Pemkab Pamekasan Ternyata Lebih Mahal, Warga Kecewa

Kompas.com - 26/04/2021, 16:59 WIB
Taufiqurrahman,
Dheri Agriesta

Tim Redaksi

PAMEKASAN, KOMPAS.com - Warga Kecamatan Palengaan, Kabupaten Pamekasan, dibuat kecewa oleh pemerintah setempat.

Pasalnya, harga sembilan bahan pokok (sembako) yang dijual di pasar murah Pemkab Pamekasan di depan kantor kecamatan ternyata lebih mahal jika dibandingkan harga di pasaran.

Warga yang sudah datang berbondong-bondong enggan belanja dan memilih pulang.

Salah satu warga asal Desa Rek Kerek, Kecamatan Palengaan, Nur Aini menuturkan, harga minyak goreng yang dijual di pasar murah lebih mahal Rp 2.000 jika dibandingkan pasar dan swalayan. Bahkan, di swalayan ada harga promo khusus Ramadhan.

Selain minyak goreng, harga beras juga lebih mahal Rp 2.000 per kilogram.

"Rencananya mau beli di pasar murah pemkab, tapi harganya kok lebih mahal," ujar Nur Aini ditemui di lokasi, Senin (26/4/2021).

Baca juga: Adik Gugur Saat Bertugas di KRI Nanggala-402, Serma Sukirman: Keluarga Masih Berharap, meski...

Abdul Halim, warga Desa Banyupelle juga membatalkan niatnya membeli sembako di pasar murah.

Ketika sampai di depan kantor kecamatan Palengaan, Alimuddin melihat orang-orang tidak berbelanja. Alasannya, karena lebih mahal.

"Saya rencananya mau beli jumlah banyak untuk diberikan ke warga miskin, karena harganya lebih mahal, saya batalkan dan beli barang di pasar depan kecamatan," kata Halim.

Halim membandingkan harga beras yang dibelinya dengan beras yang dijual di pasar murah. Ada selisih Rp 1.500 per kilogram. Bahkan kualitas berasnya sama dengan yang dijual di pasar murah.

"Berasnya saya lihat kualitasnya sama, tapi kok lebih mahal di pasar murah. Pemerintah kok cari untung ke rakyat," ungkap Halim.

 

Tidak hanya di Kecamatan Palengaan, pasar murah yang ada di Kecamatan Pakong juga sama saja.

Warga asal Desa Bajang, Kecamatan Pakong, Maghfirah mengaku membandingkan harga barang di pasar murah dengan harga pasar tradisional. Ternyata harga barang di pasar murah lebih mahal.

"Minyak goreng lebih mahal Rp 2.000. Yang lebih murah hanya popok bayi," terang Mahgfiroh.

Kepala Dinas Perindustrian dan Perdagangan (Disperindag) Pemkab Pamekasan, Ahmad Sjaifuddin saat dikonfirmasi menjelaskan, harga sembako yang dijual di pasar murah itu disubsidi pemerintah.

Baca juga: Siapkan Beasiswa untuk Anak Awak KRI Nanggala-402, Wali Kota Surabaya: Ini Bentuk Penghargaan

Harga yang dibanderol sudah sesuai dengan ketentuan distributor barang yang bekerja sama dengan Disperindag.

Terkait perbedaan harga, Sjaifuddin mengatakan, hal itu terjadi karena yang dijual barang premium semua.

"Sembako yang kami jual itu barang premium semua, dan tidak ada subsidi dari Pemkab Pamekasan karena anggaran kami kena refocusing penanganan covid-19," kata Sjaifuddin.

Sjaifuddin mengeklaim, barang-barang yang dijual di pasar murah habis terjual. Bahkan, banyak warga yang datang ketika barang sudah habis terjual.

"Kalau barang premium maka pasarnya kalangan menengah. Jadi tidak sama dengan harga nonpremium," ungkapnya. 

Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.

Video rekomendasi
Video lainnya


Terkini Lainnya

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

10 Kuliner Salatiga yang Legendaris, Ada Enting-enting Gepuk

Regional
Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Curi Sepeda Motor Petani, 2 Pria di Sumba Timur Ditangkap Polisi

Regional
Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Kapolda Riau: Tak Ada lagi yang Namanya Kampung Narkoba, Sikat Habis Itu

Regional
Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Saksikan Pertandingan Timnas U-23 Lawan Korsel, Ibunda Pratama Arhan Mengaku Senam Jantung

Regional
Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Kisah Ernando Ari, Dididik ala Militer hingga Jadi Kiper Jagoan Timnas Indonesia

Regional
Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Tak Berizin, Aktivitas Pengerukan Pasir oleh PT LIS di Lamongan Dihentikan

Regional
Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Saksi Pembunuhan Ibu dan Anak di Subang Mengaku Dilempar Pisau oleh Oknum Polisi

Regional
Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Dianggap Bertindak Asusila, PNS dan Honorer Bangka Barat Jalani Pemeriksaan Etik

Regional
Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Bikin 20 Kreditur Fiktif, Mantan Pegawai Bank Korupsi KUR Rp 1,2 Miliar

Regional
Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, 'Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta'

Sambil Nangis, Calon Mahasiswa Baru Unsoed Curhat ke Rektor, "Orangtua Saya Buruh, UKT Rp 8 Juta"

Regional
Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Menparekraf Sandiaga Uno Kunjungi Kampung Tenun di Bima, Beli Kain Motif Renda

Regional
Sempat Menghilang, Pedagang Durian 'Sambo' Muncul Lagi di Demak

Sempat Menghilang, Pedagang Durian "Sambo" Muncul Lagi di Demak

Regional
Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Diajak Menikah, Mahasiswi Ditipu Marinir Gadungan hingga Kehilangan Uang dan Ponsel

Regional
Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Hilang 9 Hari, Nenek 80 Tahun di Sikka Ditemukan Meninggal

Regional
Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Kesaksian Penumpang KM Bukit Raya Saat Kapal Terbakar, Sempat Disebut Ada Latihan

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com