Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Kompas.com - 21/04/2021, 18:20 WIB
A P Sari,
Mikhael Gewati

Tim Redaksi

KOMPAS.com – Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil mengimbau masyarakat Jabar menggunakan aplikasi “Octopus” agar memudahkan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar dalam mendaur ulang sampah.

Aplikasi tersebut kini sudah bisa diunduh secara gratis oleh masyarakat di Google Play Store. Adanya aplikasi ini bertujuan mengajak masyarakat untuk mengumpulkan sampah.

Adapun cara kerja Octopus adalah mengonversi poin yang diperoleh pengguna dari pengumpulan sampah menjadi uang.

“Nanti Octopus digunakan pengguna untuk memanggil pelestari yang mengambil sampah langsung dari rumah. Pendapatan mereka mulai dari Rp 2 juta hingga Rp 5 juta, tergantung dari banyaknya sampah plastik yang disetorkan,” kata gubernur yang akrab disapa Kang Emil itu.

Baca juga: Diminta Khofifah Desain Masjid di Surabaya, Kang Emil: Alhamdulillah, Jadi Ladang Ibadah

Selain itu, ia juga mendorong masyarakat agar memilah sampah organik dan nonorganik. Menurutnya, ini penting dilakukan karena sudah ada 6.400 ton sampah plastik di Jabar.

“Data dari Dinas Lingkungan Hidup Jabar menyebut ada 6.400 ton sampah plastik yang bisa didaur ulang. Bahkan sampah plastik dari Bali dan Lombok dibeli oleh Jabar,” dalam keterangan tertulisnya, Rabu (21/4/2021).

Pernyataan tersebut disampaikan Kang Emil saat meninjau proses daur ulang sampah plastik air minum yang dilakukan PT Namasindo Plas di Batujajar, Kabupaten Bandung Barat, Selasa (20/4/2021).

Pabrik itu memiliki teknologi yang dapat mengubah sampah plastik menjadi botol air mineral siap pakai. Sampah yang sudah diolah selanjutnya akan dijual kepada industri air minum yang membutuhkan.

Baca juga: Jabar Jadi Provinsi Terbaik Penerapan PPKM Mikro, Kang Emil: Ini Tanda Kerja Keras Kita Konkret

Ia sendiri menyebut proses daur ulang sampah plastik air minum dengan sebutan “sirkular ekonomi”. Sebab, semua pihak terlibat dan mendapatkan keuntungan ekonomi dalam proses ini.

“Dari sejak air mineral diminum dan dibuang kemudian diputar lagi oleh pelestari lalu ke kolektor pabrik ini. Setelah itu dijual lagi ke industri. Prosesnya berputar 100 persen, makanya disebut sirkular ekonomi,” terangnya.

Adapun pengolahan sampah plastik menjadi sirkular eknomi ini merupakan salah satu komitmen Pemprov Jabar agar Indonesia tidak lagi dicap sebagai negara yang banyak membuang sampah plastik ke laut.

“Komitmen tahun 2021 akan menjadikan sampah plastik bisa selesai dengan sistem sirkular ekonomi. Ini agar Indonesia tidak lagi dirundung karena membuang banyak sampah plastik di lautan,” ujarnya.

Baca juga: Pembangunan Kereta Cepat Sudah 70 Persen, Kang Emil: Perlu Dibangun Flyover

Sebagai informasi, dalam meninjau proses daur ulang itu, Kang Emil didampingi oleh pemerhati lingkungan laut sekaligus pendiri Ocean Pride, Hamish Daud.

“Mas Hamish Daud ini paham sekali dengan kondisi laut kita karena tidak semua orang punya solusi,” ujar dia.

Dapatkan update berita pilihan dan breaking news setiap hari dari Kompas.com. Mari bergabung di Grup Telegram "Kompas.com News Update", caranya klik link https://t.me/kompascomupdate, kemudian join. Anda harus install aplikasi Telegram terlebih dulu di ponsel.



Terkini Lainnya

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Fakta dan Kronologi Bentrokan Warga 2 Desa di Lombok Tengah, 1 Orang Tewas

Regional
Komunikasi Politik 'Anti-Mainstream' Komeng yang Uhuyy!

Komunikasi Politik "Anti-Mainstream" Komeng yang Uhuyy!

Regional
Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Membedah Strategi Komunikasi Multimodal ala Komeng

Regional
Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Kisah Ibu dan Bayinya Terjebak Banjir Bandang Berjam-jam di Demak

Regional
Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Warga Kendal Tewas Tertimbun Longsor Saat di Kamar Mandi, Keluarga Sempat Teriaki Korban

Regional
Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Balikpapan Catat 317 Kasus HIV Sepanjang 2023

Regional
Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Kasus Kematian akibat DBD di Balikpapan Turun, Vaksinasi Tembus 60 Persen

Regional
Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Puan: Seperti Bung Karno, PDI-P Selalu Berjuang Sejahterakan Wong Cilik

Regional
Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Setelah 25 Tahun Konflik Maluku

Regional
BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

BMKG: Sumber Gempa Sumedang Belum Teridentifikasi, Warga di Lereng Bukit Diimbau Waspada Longsor

Regional
Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Gempa Sumedang, 53 Rumah Rusak dan 3 Korban Luka Ringan

Regional
Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di 'Night Market Ngarsopuro'

Malam Tahun Baru 2024, Jokowi Jajan Telur Gulung di "Night Market Ngarsopuro"

Regional
Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Sekolah di Malaysia, Pelajar di Perbatasan Indonesia Berangkat Sebelum Matahari Terbit Tiap Hari

Regional
Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di 'Rumah' yang Sama...

Kisah Pengojek Indonesia dan Malaysia di Tapal Batas, Berbagi Rezeki di "Rumah" yang Sama...

Regional
Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Menara Pengintai Khas Dayak Bidayuh Jadi Daya Tarik PLBN Jagoi Babang

Regional
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
komentar di artikel lainnya
Baca berita tanpa iklan. Gabung Kompas.com+
Close Ads
Lengkapi Profil
Lengkapi Profil

Segera lengkapi data dirimu untuk ikutan program #JernihBerkomentar.

Bagikan artikel ini melalui
Oke
Login untuk memaksimalkan pengalaman mengakses Kompas.com