"Jika antar keluarga kan semakin mudah komunikasinya," kata Shinta.
Selain itu ada program goes to campus, namun karena corona saat ini diganti dengan virtual. Selain itu, bagi mahasiswa yang akan melakukan penelitian di pesantren mereka wajib mengajak keluarganya.
Alasannya, jika masyarakat mengenal pondok akan membagikan pengalaman kepada tetangga hingga teman-temannya.
" Dari yang kecil, menceritakan ke tetangga. Bisa membuat perubahan pikiran mengurangi stigma cap buruk tentang waria," kata Shinta.
Waria Crisis center (WCC) untuk pendampingan kawan yang terlantar di jalan dan terlantar. Selama pandemi juga banyak yang terganggu kondisi mentalnya, karena itulah dibutuhkan pendampingan berkelanjutan.
Menyiapkan program ganti profesi
Shinta menceritakan masih ada salah satu impiannya yakni mengganti profesi waria yang masih bekerja sebagai pengamen dan pekerja seks.
Nantinya mereka yang masih bergelut dengan dua pekerjaan itu diajak untuk beralih profesi seperti make up artis atau pemijat profesional.
Dua pekerjaan itu tidak membutuhkan modal yang besar namun hasilnya bisa untuk mencukupi kebutuhan sehari-hari.
Namun demikian, pihaknya saat ini masih membuat proposal untuk program itu. Dulu pernah ada pelatihan yang sama, namun hanya 30 persen yang meninggalkan profesi lama, sisanya kembali lagi.
"Perlu strategi baru agar mereka berubah profesi," kata dia.
Baca juga: Kasus Aktif di Ketapang Tertinggi se-Kalbar, Sekolah Ditutup, Razia Masker, dan Terapkan WFH
Hingga kini, sedikitnya ada 80-an waria yang masih bekerja sebagai pengamen, untuk pekerja seks dirinya tak memiliki data. Total ada 300-an waria yang ada di DIY dari pelbagai daerah seperti Jakarta, Jawa Barat, dan kota lainnya.
Shinta mengakui stigma negatif hingga kini masih disandang para transpuan ini. Untuk itu ke depan diperlukan kerja keras untuk mengikis semua stigma negatif.
Selesai wawancara, Shinta dan beberapa tetangga termasuk dua anak kecil kembali bercengkerama di ruang tamu. Tak ada rasa canggung antar mereka, seperti layaknya tetangga.
Perlu diketahui, Shinta Ratri mendapatkan penghargaan dari Front Line Defenders atau organisasi internasional untuk perlindungan pembela Hak Asasi Manusia (HAM) di Irlandia 2019 lalu.
Simak breaking news dan berita pilihan kami langsung di ponselmu. Pilih saluran andalanmu akses berita Kompas.com WhatsApp Channel : https://www.whatsapp.com/channel/0029VaFPbedBPzjZrk13HO3D. Pastikan kamu sudah install aplikasi WhatsApp ya.