Upaya menguatkan jaringan
Saat berbincang, beberapa tetangga mampir di rumah Ratri. Seperti tetangga pada umumnya mereka tampak santai mengobrol.
Shinta kembali melanjutkan, dia mengaku bersyukur jika ada 15 waria lansia yang akan menerima vaksin di Puskesmas Gedong Tengen kota Yogyakarta minggu depan. Untuk ratusan lainnya, dirinya masih belum mengetahui kapan akan divaksin.
Diakuinya, tantangan mendapatkan vaksin atau bantuan yang lain dari pemerintah karena dari 300 an waria yang ada di DIY, ada 20 persen yang tidak memiliki tanda pengenal atau KTP.
Mereka kesulitan untuk membuat KTP karena biasanya waria ini lari dari rumah karena memiliki masalah keluarga. Mereka hanya pergi tanpa memikirkan untuk membawa dokumen kependudukan.
Mereka menyikapi dengan santai, seperti jika tidak memiliki KTP maka tidak boleh naik kereta atau pesawat untuk bepergian. Mereka memanfaatkan moda transportasi bus untuk bepergian.
"Untuk yang vaksin mungkin menunggu saja sampai vaksin sudah hampir selesai. Mungkin vaksin saat nanti melimpah ruah dan saat itulah kawan-kawan mendapatkan vaksin," kata Shinta sambil tersenyum.
Baca juga: PPKM Berbasis Mikro di Yogyakarta Diperpanjang, Pemudik Bandel Bisa Dipulangkan
Stigma negatif masih melekat erat kepada mereka. Selain keluarga, waria sering mendapatkan perlakuan kurang manusiawi dari warga sekitar.
Bahkan saat meninggal pun sering mendapatkan penolakan, selain dari pemerintah melalui Dinas Sosial, mereka juga mendapatkan bantuan dari beberapa yayasan, salah satunya dari Pondok Hafara di Bantul. Mereka membantu pemakaman waria yang meninggal dunia.
Shinta mengaku bersyukur jaringannya masih kuat hingga kini. Semakin banyak yang membuka pintunya untuk membantu mereka yang terpinggirkan.
Selain bantuan sembako, setiap bulannya mereka mendapatkan pelatihan ketahanan pangan seperti membuat home farming membuat tauge, dan memelihara ikan dalam ember.
Termasuk di dalamnya penderita gangguan mental, penyintas 65, dan warga termarginalkan yang lain.
Mengubah stigma negatif
Pesantren waria memiliki banyak program pendampingan bagi waria. Salah satunya mempersatukan kembali keluarga dengan program family support group, karena tak sedikit yang masih bermasalah dengan keluarga.
Uniknya keluarga yang sudah menerima kondisi anggota keluarganya, akan berkomunikasi dengan keluarga yang masih belum menerima. Awalnya yang begabung ada 10 keluarga, sekarang sudah bertambah 5 keluarga.